Dalam Ezek 18 :21-22 Tuhan bicara pada Israel perkataan ini:
Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.
Apakah itu injilnya ? Apakah PL mengajarkan bahwa seseorang yang telah berbalik dari dosa untuk mendapat keselamatan?
Kata Ibrani yang berkaitan dengan keselamatan biasanya umum dan tidak spesifik. Sehingga, kita harus melihat pada konteks untuk menentukan tipe keselamatan apa yang sedang dibahas. Ini juga berlaku untuk istilah keselamatan dalam bahasa Inggris. Sebagai contoh, seruan “Aku telah selamat!” bisa banyak artinya tergantung pada konteks yang dibicarakan atau ditulis. Seseorang yang diselamatkan dari sungai yang dingin bisa berkata, “Aku telah diselamatkan dari kuburan air." Lee Iacocca, the Chief Executive Officer dari Chrysler Corporation, saat menerima pinjaman sebesar $1.5 billion dari pemerintah U.S. bisa berkata, "Chrysler telah diselamatkan dari kebangkutan." Suatu hukuman mati yang kemudian diampuni oleh Presiden bisa berkata, "Hidupku telah diselamatkan." Hanya dalam konteks tujuan kekal pandangan ini bisa berarti "Aku telah diselamatkan dari hukuman kekal. Ini kelihatan hal yang jelas tapi sangat kurang disadari dalam pembahasan mengenai hal ini. Sebenarnya, hal ini sangat berkaitan dengan pembahasan dan sangat tidak jelas bagi mereka yang menulis dan berkotbah tentang doktrin keselamatan PL.
Ada 15 kata Ibrani yang berbeda untuk keselamatan yang biasa digunakan dalam PL. Sebagian besar rujukan keselamatan menunjuk pada keselamatan sementara: dari musuh, dari kematian fisik, dan berbagai macam masalah.30
Sebagai contoh, lima kata PL yang paling umum dan paling penting untuk keselamatan adalah ya„sha‘, pa„da, ga„‘al, ma„lat, and na„tzal. dari 812 penggunaan istilah ini dalam PL, hanya 58 (7.1%) menunjuk pada keselamatan kekal.31 Istilah yang menunjuk pada keselamatan yang akan datang bagi bangsa Israel oleh Tuhan –juga suatu tema dalam PB (Rom 11:26). Dalam beberapa kasus Mesias diindikasi sebagai Juruselamat (Mic 5 :2, 6; Zech 9 :9-10). Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa ayat ini berurusan dengan fakta kerajaan yang akan datang, bukan kondisi atau masuk kedalamnya.
Sebagai tambahan, ada beberapa bagian Alkitab dalam PL yang menunjuk pada keselamatan kekal, tapi tanpa menggunakan istilah keselamatan: Gen 3: 15; 15:6; Ps 22:27; Isa 6:10; 10:21; 19:22; 52:1-53:12; Jer 24:7; 31:31-34; and Hab 2:4.
Pertimbangan akan diberikan pada istilah PL yang berkaitan dengan pertobatan. Pembaca harus mengingat bahwa tujuan kita bukan hanya menemukan pengajaran PL tentang peran pertobatan dalam keselamatan kekal. Tapi, tujuan kita adalah menemukan pengajaran PL tentang peran pertobatan dalam semua tipe keselamatan.
II. Tidak Ada Istilah Teknis
dalam PL untuk Pertobatan
Para sarjana setuju bahwa tidak ada kata PL yang digunakan untuk merujuk pada pertobatan.32 Bagaimanapun, 2 kata sering dikutip untuk arti itu. Kata-kata ini adalah shu‚b dan na„ham.
III. Shu‚b
Istilah ini merupakan kata paling umum ke12 dalam PL.33 Memiliki arti dasar "berbalik," "kembali kebelakang," "kembali," atau "memberikan kembali."34 Pada umumnya penggunaannya menunjuk pada perubahan arah. Sebagai contoh, Musa setelah dari tabernakel, "kembali ke tenda " (Exod 33:11). Kata ini digunakan 1,056 dalam PL hanya 203 muncul dalam konteks agama.35 Dari semua hanya satu bagian dari penggunaan agama yang menunjuk pada pertobatan Israel pada Tuhan.36
A. Berbaliknya Tuhan
Ada empat katagori berbalik pada Tuhan dalam PL. keempatnya dari syarat berkat/kutuk dalam Perjanjian Musa (cf. Leviticus 26; Deuteronomy 28) dimana Tuhan menjanjikan kalau Dia akan memberkati ketaatan dan mengutuk ketidaktaatan.
Natur shu‚b yang non-teknikal menunjukan fakta bahwa itu sering digunakan untuk menunjuk pada berbalik ke Tuhan. Jelas, jika itu merupakan istilah teknis yang selalu menunjuk pada berbalik dari jalan seseorang yang berdosa, itu tidak akan pernah digunakan untuk Tuhan.
1. Empat Kategori dari Berbali pada Tuhan.
Pertama, Tuhan mengembalikan kejahatan atas Israel. Dia menarik berkatNya dan mengirim penghukuman sementar saat bangsa itu berbalik dari ketaatan mereka padaNya.37
Kedua, Tuhan berbalik (atau secara negative, tidak berbalik) dari kemarahanNya kepada Israel. Dia menarik penghukuman sementara dan mengirimkan berkat saat bangsa berbalik dari perbuatan dosanya dan kembali taat kepadaNya.38
Ketiga, Tuhan mengembalikan Israel kepada berkat sebelumnya. Kapanpun Israel berbalik pada Tuhan dari jalannya yang berdosa, Dia mengembalikan berkat bangsa itu.39 Dalam beberapa teks berkat spesifik yang telah Tuhan janjikan dan sediakan adalah mengembalikan bangsa itu ketanah perjanjian.
Keempat, Tuhan kembali kebangsa itu.40 Dalam ketiga tipe Tuhan kembali yang sudah kita bahas, selalu ada spesifik objek yang ditunjukan dalam konteks (i.e., Dia membalikan kejahatan; Dia menarik murkaNya, Dia mengembalikan berkatNya). Walau begitu, dalam bagian yang memuat tipe keempat berbalik ini, tidak ada spesifik objek yang disebutkan. Ekspresi ini umumnya menunjuk pada Tuhan menyingkirkan penghukuman sementara dan mengirimkan berkat sementara.
2. Sementara, tidak kekal, berkat dan kutuk. Dengan pengecualian Jer 32:40 (yang menunjuk pada berkat millennial atau kekal yang Tuhan janjikan kepada Israel sebagai bagian dari Perjanjian Baru), berbaliknya Tuhan atau menjauh dari bangsa dengan berkat atau kutuk selalu menunjuk pada pengalaman sementara. Kemarahan Tuhan dalam PL tidak berkaitan dengan keselamatan kekal atau penghukuman kekal.
3. Israel menuai apa yang ditabur. Saat bangsa itu taat, Tuhan mengirim berkat. Saat dia tidak taat, Dia mengirim kutuk. Kasih Tuhan bagi bangsa itu menggerakkanNya untuk mendisiplin dan memberi hadiah bagi umat pilihanNya agar mereka bisa belajar untuk mentaatiNya.
B. Berbaliknya Israel
1. Konsep Alkitab. Seperti ditunjukan dalam bagian sebelumnya, catatan PL menunjukan bahwa bangsa Israel terus menerus menjauh dari Tuhan. Dalam setiap kesempatan bangsa itu mengalami penghakiman sementara (menuai kutuk Perjanjian Musa) yang mengharuskan mereka untuk berbalik kepada Tuhan. Ada 3 kategori berbaliknya Israel, secara teologis ditemukan dalam PL.
Pertama, Israel menjauh dari Tuhan karena ketidaktaatan. Israel menjauh dari Tuhan karena menyembah berhala41 dan bentuk lain dari ketidaktaatan.42
Bagian Alkitab berikut menggambarkan hal ini.
"sebab orang Amalek dan orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh pedang; dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN, maka TUHAN tidak akan menyertai kamu." (Num 14:43, italics mine).
Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu. Apabila murka TUHAN bangkit terhadap orang Israel,. . . Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb . . . Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya. Kemudian matilah Otniel anak Kenas. Tetapi orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; lalu Eglon, raja Moab, diberi TUHAN kuasa atas orang Israel, oleh sebab mereka telah melakukan apa yang jahat di mata TUHAN.... Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan bagi mereka seorang penyelamat yakni Ehud, anak Gera . . . Setelah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN. Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan . . . (Judg 2:19-20; 3:9, 11-12, 15; 4:1-2, italics mine).
Natur non-teknis dari shu‚b lebih jauh dilihat dalam hal saat itu menunjuk pada Israel sering berkaitan dengan menjauh dari Tuhan kepada jalan yang berdosa.
Kedua, bangsa berbalik pada Tuhan dalam ketaatan. Israel kembali kepada Tuhan dengan menjauh dari penyembahan berhala43 dan dari bentuk lain dari ketidaktaatan.44 Ketaatan merupakan kondisi bagi keselamatan sementara dari kutuk Perjanjian Musa (cf. Leviticus 26; Deuteronomy 28). Menjauh dari praktek berdosa tidak pernah dinyatakan dalam PL sebagai syarat lolos dari murka kekal.45
Satu pasal dalam PL kelihatannya bertentangan dengan point yang baru dibuat. Ezekiel 18 menghubungkan hidup dengan berbalik dari praktek berdosa seseorang dan kematian karena gagal hidup benar. Ayat berikut mewakili hal itu:
"hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia--ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH (Ezek 18 :9).
"Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati . (Ezek 18:20).
"Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati" (Ezek 18:21).
Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya" (Ezek 18:26).
"Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!" (Ezek 18:32).
Sebagian menafsirkan ayat diatas dalam arti bahwa keselamatan kekal mensyaratkan atas berbaliknya seseorang dari dosanya.46 Tafsiran itu tidak berdasar.
Tidak ada referensi dalam Ezekiel 18 dengan Lautan Api, kematian kekal, kehidupan kekal, masuk kedalam kerajaan Allah, dipisahkan dari kerajaan, pembenaran, atau apapun yang secara tidak langsung dihubungkan dengan penghukuman kekal. Pasal itu tidak pernah dikutip dalam PB berkaitan dengan hal diatas. Apa yang menjadi masalah dalam Ezekiel 18 adalah hidup dan mati –kehidupan fisik dan kematian fisik. Istilah Ibrani bagi kehidupan dan kematian umumnya digunakan dengan cara ini diseluruh PL.47
Dyer berkomentar:
Tuhan tidak mengatakan kalau Israel yang diselamatkan akan kehilangan keselamatan kekalnya jika dia jatuh kedalam dosa. Baik berkat dan hukuman disini bersifat sementara, bukan kekal. Penghukumannya berupa kematian fisik (cf. vv 4, 20, 26), bukan penghukuman kekal.48
Mirip dengan itu, dalam pendahuluan pembahasannya tentang Ezekiel 18, Charles Feinberg menulis, "Subjek pembenaran melalui iman jangan ditekankan dalam pasal ini; itu tidak dibahas."49 Sebelumnya, berkomentar atas ayat 9 (yang menunjuk pada hidup yang disyaratkan atas ketaatan pada Hukum Musa) dia menulis, Pernyataan ini, harus kita perhatikan sekali lagi, tidak membahas tentang kehidupan kekal, tapi hidup didunia. Kehidupan kekal tidak didapat atas dasar yang disebutkan dalam bagian Alkitab ini."50
Motif berkat/kutuk merupakan tema penting PL. Syarat Perjanjian Musa dinyatakan dalam Leviticus 26 dan Deuteronomy 28. Ketaatan akan diberikan berkat sementara. Tidak taat akan mendatangkan kutuk sementara yang akan semakin intensif sampai bangsa itu kembali kepada Tuhan. Walau keselamatan merupakan pembahasan Ezekiel 18, tapi sama sekali tidak membahas tentang keselamatan kekal. Seperti tulisan Ross, "Diseluruh PL keselamatan atau penyelamatan Israel berkaitan dengan janji dari perjanjian yang berhubungan dengan hidup dalam dunia ini sebagai umat Tuhan" (italics dari saya).51
Ada banyak contoh PL tentang berkat dan kutuk, baik berkaitan dengan bangsa dan individu didalamnya. Seseorang mungkin langsung melihat, Abraham (Gen 24:1; Heb 11:8-19), Moses (Exod 14:30-31; Num 20:12; Heb 11:23-29), peristiwa lembu emas (Exod 32:34-35), Joshua and Caleb (Num 14:30-45), pemberontakan Korah (Num 16), Nadab and Abihu (Lev 10:1-3), Achan (Josh 7:1-26), Gideon (Judg 6:11-28), David (2 Sam 1-10, dibawa berkat; 12-22, dibawa kutuk), Solomon (I Kgs 3:5-15; 4:20-34; 11:1-13), dan kejatuhan kerajaan utara (2 Kgs 17:5-18) dan Selatan (2 Kgs 24:1-25:21). Ini tidak berarti bahwa seluruh berkat dan hukuman dalam PL merupakan hasil langsung dari ketaatan atau ketidaktaatan (cf. Job; Luke 16:19-31; John 9:2-3). Kadang Tuhan mengijinkan orang benar untuk menderita dan orang jahat berkelimpahan. Walau begitu, artinya adalah ketaatan membawa berkat sementara dan ketidaktaatan membawa hukuman sementara.
Ezekiel 18 hanyalah salah satu contoh motif berkat/kutuk dalam PL.
Ketiga, suatu hari bangsa itu akan kembali kepada Tuhan dalam iman. Sejumlah kecil tulisan PL menggunakan istilah shu‚b untuk menunjuk pada berbaliknya Israel dimasa depan (dan Mesir dan kesudahan dunia) kepadan Tuhan. Dalam konteks ini (cf. Ps 22:27; Isa 6:10; 10:21; 19:22; Jer 24:7) berbalik pada Tuhan digunakan dengan berbelit-belit bagi iman.
Isaiah 6:10 menggambarkan bagaimana kesimpulan ini ditarik. Ayat itu bicara tentang berbalik pada Tuhan dan disembuhkan. Kristus menafsirkan bagian ini bagi para murid. Setelah menceritakan Perumpamaan Penabur, sebagai pengantar pada penjelasan artinya, Yesus mengutip bagian ini. Dia mengutip referensi Yesaya akan Tuhan dengan menerima Firman dan percaya pada Injil (cf. Matt 13:3-23; Luke 8:5-15, esp. w 12-13). Dia juga mengidentifikasi kesembuhan yang dibicarakan sebagai keselamatan kekal (Luke 8:12).
2. Konsep Extra-Biblical. Bagaimana Rabi Yahudi mengerti pengajaran keselamatan dalam PL?
Konsep rabbinic akan teshu‚bah. Selama dua abad sejak kelahiran Kristus, rabi dan penulis Yahudi lainnya banyak menulis. Tulisan mereka mencerminkan pengertian yang berbeda dari yang saya katakan mengenai penggunaan shu‚b dalam PL. (Teshu‚bah adalah bentuk kata benda dari shu‚b.)
Para Rabbi merupakan pengajar Hukum Musa. Mereka mengajar di sinagoge dan beberapa pengajaran mereka ditulis dalam Mishnah dan Talmud.
Mengenai keselamatan kekal, para rabi mengajarkan bahwa kondisi untuk mendapatkan bagian dalam dunia yang akan datang adalah taat pada Hukum (cf. Aboth 2:7). Tapi, mereka juga percaya pada anugrah. Mereka mengajarkan bahwa Tuhan akan mengampuni ketidaktaatan jika seseorang dengan sungguh berbalik dari dosanya dan membuat pendamaian yang diperlukan.
Mengutip pengajaran rabinis mengenai kondisi dari keselamatan kekal Herford menulis, "Tidak cukup hanya sekedar mengetahui kehendak Allah atau percaya akan hal itu, atau dalam Tuhan yang menghendakinya. Diatas semua itu kita harus melakukannya. "52
Sama dengan itu Moore menulis:
Untuk dosa …. Hanya satu obat, anugrah pengampunan Allah, dan conditio sine qua non dari pengampunan adalah pertobatan, yaitu penyesalan, perbaikan sakit terhadap orang lain, dan perubahan tindakan dilakukan dan terus dipertahankan dengan tujuan yang tulus diluar motif agama.53
Para rabi percaya bahwa orang benar pasti mendapat tempat didunia yang akan datang dan orang jahat tidak. Mengenai pandangan mereka mengenai nasib mereka yang tidak sepenuhnya benar atau tidak sepenuhnya jahat Moore berkomentar:
Sekolah Shammai berpendapat bahwa mereka yang jahat dan baik, berbicara equilibrium, akan keneraka, dan terjun dan keatas, dan bangkit dan disembuhkan . . . bagi mereka api Gehenna bersifat purgatorial; mereka dimurnikan seperti perak dan ditapis seperti emas. Sekolah Hillel berpendapat bahwa Tuhan didalam belas kasihnya yang melimpah …. Cenderung untuk berpihak pada belas kasihan, dan tidak mengirim mereka ke Gehenna sama sekali.54
Kedua sekolah rabi ini setuju kalau semua kecuali yang sangat jahat akan mendapat tempat didunia yang akan datang. "Tanda kecenderungan para rabi adalah membatasi, dalam cara yang memungkinkan, jumlah orang Israel yang tidak mendapat bagian didunia yang akan datang. Bagi mereka yang tidak bertobat adalah suatu penghalang kepada kebahagiaan mutlak."55
Selain tulisan rabinis didalam Mishnah dan Talmud, ada juga banyak buku yang ditulis oleh penulis Yahudi dipertengahan akhir periode intertestamental. Tulisan ini dikenal sebagai PL Apokrifa (atau Pseudepigrapha). Mereka non-canonical, tulisan yang tidak diinspirasi.
PL Apokrifa berbicara mengenai Tuhan menimbang perbuatan baik dan jahat untuk menentukan tujuan kekal mereka (Testament of Abraham 13:1-2, 9-14; 1 Enoch 41:1-2; 61:8). Syarat keselamatan kekal adalah ketaatan pada Hukum Tuhan (2 Baruch 51:3,7; 4 Ezra 7:19-22, 33-39; 9:3~37).
Orang Farisi dimasa Yesus adalah gambaran yang baik akan tipe legalistic, pemikiran yang membenarkan diri sendiri (cf. Luke 18:9-14).
Pengajaran Katolik Roma mengenai purgatory setidaknya berasal dari PL Apokrifa (2 Maccabees 12:39-45).
Menilai konsep rabinis tentang teshu‚bah. PL tidak mendukung pengertian rabinis. PL mengajarkan bahwa keselamatan kekal adalah melalui anugrah Allah dan itu diterima melalui respon iman manusia, bukan melalui tindakan kebaikan atau dengan berbalik dari setiap dosanya (cf. Gen 15:6; Hab 2:4). Tidak ada bukti dalam PL mengenai purgatory atau mengenai sebagian besar orang pasti masuk kedalam kerajaan Allah. Walau ada beberapa bagian PL yang merujuk pada keselamatan kekal (e.g., Gen 3:15;22:1-l9; Isa 12:23; 45:22; 49:6ff; 52:13-53:12; Jer 31:7; 46:27; Zech 8:7; 9:9, 16), hanya ada beberapa yang berurusan dengan kondisi manusia dari keselamatan kekal, yaitu iman (Gen 15:6; Hab 2:4).56
Bagian yang paling utama sebagai cara pandang pengajaran PL mengenai keselamatan adalah Gen 15:6: Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Genesis 15:6 adalah John 3:16 nya PL. Hanya satu syarat yang diberikan: percaya pada Tuhan.
Apa yang dipercaya Abraham tentang Allah? Dia percaya bahwa Allah akan mengampuni dosanya dan memberikan dia tempat dalam kerajaanNya yang akan datang. Tentu, pada saat itu pengertian Abraham mengenai Mesias dan pekerjaanNya belum sepenuhnya dikembangkan.57 Pengertiannya mungkin bertumbuh sebagai hasil dari permintaan Tuhan untuk mengorbankan anaknya dan pada saat terakhir menyediakan gantinya (Genesis 22).58 Tapi, jelas dari penggunaan Paulus akan teks ini bahwa itu bersifat keselamatan, merujuk pada pembenaran Abraham melalui iman semata (Gal 3:6-14; Rom 4:1-25). Walau Abraham melakukan banyak pekerjaan baik, tidak satupun yang mendatangkan pembenaran dihadapan Allah..
Bagian PL kedua, Hab 2 :4, juga mengajarkan bahwa satu-satunya syarat PL untuk keselamatan kekal adalah iman kepada Tuhan. Konteks berkaitan dengan invasi Babilon. Orang sombong akan digunakan oleh Tuhan untuk menghukum Israel. Karena orang sombong tidak disukai Tuhan, mereka pada akhirnya juga akan jatuh. (kesombongan mendahului kejatuhan.) "Akah hidup " disini janji potensi atau perintah. Seorang yang diterima Allah melalui iman semata memiliki potensi untuk hidup, lepas dari penghukuman sementara Allah. Dia menyadari bahwa potensi hidup sejalan dengan kebenaran saat dia bersama dengan Tuhan.
Penggunaan Paulus akan ayat ini menegaskan pengertian ini. Dia menggunakannya untuk menunjukan bahwa seseorang mendapatkan kebenaran Tuhan melalui iman semata (Rom 1:17; Gal 3:11). Nygren dengan meyakinkan menunjukan bahwa saat Paulus mengutip Hab 2:4 dalam Rom 1:17 dia menggabungkan "orang benar " dan "melalui iman " dalam cara dimana mereka dilihat sebagai satu unit: Dia yang melalui iman adalah benar."59 Didalam Roma 1-4 Paulus menjelaskan ekspresi, "dia yang beriman adalah benar." Kemudian didalam pasal 5-8 dia berurusan dengan perkataan Rom 1:17, "akan hidup." Orang yang dibenarkan melalui iman semata bebas dari murka Allah (Romans 5), dari dosa (Romans 6), dari taurat (Romans 7), dan dari kematian (Romans 8). Semua ini benar bagi kita orang percaya dan dasar bagi perjuangan kita melawan daging untuk menghidupi natur baru kita (cf. Rom 6:11-13; 8:12-17; 12:1-15:13).
Manusia dibenarkan dihadapan Tuhan melalui iman (Rom 1:17-4:25; Gal 3:6-14). Tapi hanya melalui kehidupan baru seseorang yang dibenarkan melalui iman mempertahankan kehidupan sementaranya (Rom 8:13; Heb 10:37-38). Romans 8:13 mengandung bayangan kembali Rom 1:17 dan Hab 2:4. Disana Paulus mengatakan kepada orang percaya, mereka yang dibenarkan oleh iman dan yang secara kekal sudah aman (Rom 8:38-39), "jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup."
Seperti yang telah disebutkan diatas, beberapa bagian PL (Ps 22:27; Isa 6:10; 10:21; 19:22; Jer 24:7) merujuk pada masa depan Israel dan bangsa lain kepada Tuhan dalam iman. Mereka menegaskan pengertian kita akan Gen 15:6 dan Hab 2:4—bahwa satu-satunya syarat PL untuk mendapatkan keselamatan kekal adalah sepenuhnya percaya pada Tuhan dan syarat utamanya terhadap dosa seseorang.
Pengertian dari pengajaran PL mengenai kondisi manusia dan keselamatan kekal ditegaskan oleh beberapa bagian PB.
Mengomentari pengajaran PL tentang keselamatan kekal, Paulus menulis dalam Rom 4:3-8:
Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya ..
Demikian juga dalam Gal 3:6-14 Paulus menulis:
Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati." Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman." Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Juga, penulis kitab Ibrani menulis dalam Heb 10:1-4:
Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
Luke 18:9-14 dan John 1:29, bagian sebelum Salib, juga menegaskan bahwa keselamatan kekal menurut PL hanya melalui anugrah melalui iman dan bukan hasil dari pekerjaan baik.
PL mensyaratkan keselamatan kekal hanya pada iman semata. Sistem korban dibentuk untuk membawa pemuja agar bisa melihat keberdosaan mereka dan meletakan iman mereka kepada Allah sebagai satu-satunya harapan mereka masuk pada kerajaan (cf. Luke 18:13-14; Heb 10:1ff).
Mengapa banyak yang salah? Seseorang mungkin bertanya mengapa saat Yesus datang sebagian besar orang Yahudi menolak Dia dan beritaNya John 1 :11). Jika PL berpikir bahwa satu-satunya syarat keselamatan kekal adalah beriman kepada Tuhan, mengapa sebagian besar berpikir kalau syaratnya menaati Taurat?
Dari situ kita bisa mengatakan PB, banyak Yudaism memegang kuat legalism, sebagai bukti melalui perilaku orang Farisi (Mate 23; Luke 18:9-14). Sebagian besar bangsa menolak Yesus Kristus John 1:11). Mereka tidak ingin mengakui fakta bahwa mereka sakit dan perlu diselamatkan (Luke 5:31). Sebagian besar berusaha mencapai Allah melalui cara mereka –berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri daripada menerima pembenaran yang ditawarkan secara cuma-cuma oleh Tuhan (Rom 10:2-3;1 Cor 1:23).
Jalan sempit menunju pada kehidupan dan sedikit yang memutuskan untuk menemukannya (Matt 7:13-14; John 14:6). Itu terjadi dalam periode intertestamental dimasa Yesus, dan masih seperti itu sampai sekarang.
Akan menjadi salah jika kita berpikir kalau semua orang Yahudi menolak keselamatan yang ditawarkan secara cuma-cuma oleh Yesus. Sebagian memang menerima tawaranNya dan percaya kepadaNya (John 1:12). Memang, Yohanes dan Lukas melaporkan bahwa banyak (menunjukan suatu jumlah yang besar, bukannya mayoritas) imam dan pemimpin Yahudi beriman pada Yesus Kristus (John 12:42; Acts 6:7). Bahkan Saulus dari Tarsus, musuh utama Injil Anugrah dan Salib Kristus, percaya pada Yesus Kristus sebagai satu-satunya harapan disorga dan menjadi Rasul orang non-Yahudi (Gal 1:11-3:14).
C. Kesimpulan
Istilah shu‚b digunakan dalam PL untuk merujuk pada berbaliknya Israel atau menjauh dari Allah dan berbaliknya Allah terhadap bangsa itu dengan berkat atau menjauh dari mereka dengan kutuk. Didalam sebagian besar konteks berkat atau kutuk temporal dalam bahasan. Didalam beberapa bagian, ekspresi ‘berbalik kepada Tuhan’ digunakan untuk merujuk pada keselamatan kekal yang akan datang bagi bangsa. Didalam konteks berbalik pada Tuhan digunakan sebagai sebutan untuk iman.
Sumber Extra-biblical Yahudi (PL Apocrypha, Talmud, Mishnah) menunjukan kalau para rabi dari periode intertestamental dan masa Yesus berpegang pada pandangan legalistic akan syarat keselamatan. Mereka percaya keselamatan melalui anugrah melalui kesetiaan bukan pengajaran PL mengenai keselamatan melalui anugrah dan melalui iman.
IV. Na„ham
Istilah lain yaitu na„ham didalam PL berarti menyesali atau ‘menenangkan diri."60 Ini muncul 108 kali dalam PL, tapi hanya tiga penggunaannya yang berkaitan dengan pertobatan manusia.
Natur non-teknis dari istilah ini ditunjukan dalam sebagian besar penggunaan teologis yang merujuk pada apa yang disebut "repentance of God."61
Dua bagian yang menggunakan na„ham untuk merujuk pada keselamatan manusi berkaitan dengan keselamatan temporal bukan kekal. Jeremiah 8:6 menunjukan, karena bangsa tidak menyesali kejahatan mereka (i.e., pemujaan berhala) hukuman temporal diberikan. Ayub 42:6 berkaitan dengan kesedihan Ayub atas perkataan bodoh yang diucapkannya selama ujian.
Jeremiah 31:19 berkata bahwa setelah Israel berbalik kepada Tuhan, dia akan menyesali tindakannya. Bagian ini merujuk pada pemulihan Israel dimasa mendatang oleh Allah. Setelah bangsa itu kembali pada Tuhan dalam iman, Israel akan menyesali ketidaktaatan dan ketidakpercayaannya selama ini.
V. Kesimpulan
Konsep pertobatan manusia dalam PL ada dua. Pertama dan yang terutama berarti berbalik kepada atau menjauh dari sesuatu (shu‚b). Kedua tapi jarang adalah menyesali tindakan sebelumnya (na„ham).
Syarat PL terhadap keselamatan sementara adalah berbalik dari dosa. Tuhan berjanji memberkati Israel jika dia taat dan mengutuk jika dia tidak taat. Ada banyak contoh dalam PL mengenai bangsa atau pribadi Israel yang mengalami kutuk saat mereka menjauh dari Allah dan berkat saat mereka berbalik kepada Tuhan.
PL tidak pernah, mensyaratkan keselamatan kekal adalah berbalik dari dosa seseorang. Keselamatan kekal dalam PL semata didasarkan atas berbalik pada Tuhan melalui iman.
Keselamatan kekal selalu oleh anugrah melalui iman. Inilah mengapa Mesias harus mati disalib untuk dosa keturunan Adam.
Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian .
No comments:
Post a Comment