Menyaksikan dan Mengikuti Misa Kudus Dalam Perspektif Surgawi
Yohanes, 6: 34 – 35 : kata mereka kepadanya: "Tuhan, berilah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: “ Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi.”
Yohanes 6 : 53 -54 : Maka kata Yesus kepada mereka : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging anak manusia dan minum darahnya, kamu tidak mempunyai hidup didalam dirimu. Barangsiapa makan dagingku dan minum darahku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” .
Yohanes 6:55 – 57: Sebab dagingKu adalah benar –benar makanan dan darahKu adalah benar – benar minuman. Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal didalam Aku dan Aku didalam dia”. "Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku”.
Yohanes 6:58: "Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama – lamanya."
Di dalam Kateketismus yang amat bagus, Tuhan dan Perawan Maria memberikan petunjuk kepada kita, pertama, tentang bagaimana berdoa rosario, yaitu mendaraskannya dengan hati kita, merenungkan isinya serta menikmati saat – saat ketika kita berjumpa dengan Tuhan dan Bunda Terberkati. Kemudian Mereka juga memberi petunjuk kepada kita bagaimana melakukan Pengakuan Dosa yang baik, dan didalam buku itu, terdapat sebuah pelajaran atas apa yang terjadi selama Misa Kudus dan bagaimana mengikutinya dengan hati kita.
Ini adalah kesaksian yang harus kuberikan kepada seluruh dunia, demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar lagi dan demi keselamatan mereka yang ingin membuka hati mereka kepada Tuhan. Hal ini juga diberikan agar jiwa- jiwa yang dipersembahkan kepada Tuhan akan mengobarkan api kasih mereka kepada Kristus, dimana beberapa di antara mereka memiliki tangan- tangan yang memiliki kuasa untuk menghadirkan Tuhan di dunia, sehingga Dia bisa menjadi makanan kita. Buku ini juga diberikan bagi orang- orang agar mereka tidak lagi melakukan “ kegiatan rutin” dengan menerima Dia, tetapi selalu menghidupkan kembali kekaguman dari perjumpaan mereka dengan kasih setiap hari. Hal ini diberikan agar para saudaraku, umat awam dari seluruh dunia, bisa menghidupkan Keajaiban Inkarnasi ini dengan hati mereka : yaitu Perayaan ekaristi.
Saat itu kami berdoa menyambut pesta Maria menerima Kabar gembira, sedangkan
Para anggota dari kelompok doa kami ada yang sudah menerima Pengakuan Dosa. Beberapa orang wanita dari kelompok doa kami tak bisa menerima Pengakuan Dosa itu dan mereka menunda untuk menerima Pengakuan Dosa pada hari berikutnya, sebelum Misa Kudus.
Pada hari berikutnya ketika aku sampai di Gereja, dimana aku agak terlambat, Uskup Agung dan Imam – imam sudah keluar dari sakristi. Lalu terdengar Bunda Maria berkata dengan suara yang amat lembut dan feminim sekali, yang bisa menghibur pendengarnya: Hari ini adalah hari untuk belajar bagimu dan aku ingin kamu benar – benar memperhatikanya, atas apa yang akan kau saksikan hari ini. Segala sesuatu yang akan kau alami hari ini hendaknya kau bagikan kepada seluruh umat manusia.
Aku sangat tersentuh oleh kalimat ini tanpa mengetahui mengapa begitu. Tetapi aku berusaha untuk benar- benar amemperhatikannya.
Pertama, yang kurasakan adalah adanya suara dari sebuah koor yang sangat merdu dan indah sekali, yang terdengar seolah di kejauhan. Untuk beberapa saat kemudian, suara koor dan musik itu semakin dekat dan kemudian ia menjauh lagi seperti suara angin lalu.
Uskup Agung memulai Misa Kudus itu dan ketika dia sampai pada doa Penitensial, terdengar Perawan Terberkati berkata: Dari dasar lubuk hatimu mintalah kepada Tuhan agar Dia mengampuni segala kesalahanmu yang telah menentang Dia. Dengan demikian kamu akan bisa ikut serta secara layak mengikuti Misa Kudus ini.
Bebebrapa detik aku berpikir: Tentu saja aku dalam keadaan penuh rahmat Tuhan, sebab tadi malam aku sudah mengaku dosa.
Beberapa saja Bunda Maria berkata: Apakah kamu mengira bahwa sejak tadi malam kamu tidak menentang Tuhan? Biarlah aku mengingatkan kamu akan beberapa hal. Ketika kamu pergi menuju kemari, anak gadis yang telah menolongmu mendekati kamu untuk meminta sesuatu darimu, tetapi karena kamu merasa sudah terlambat dan kamu tergesa- gesa , maka kamu tidak menjawabnya dengan sopan. Disitu tidak terdapat sikap kemurahan hati di dalam dirimu, dan kamu mengatakan bahwa dirimu tidak menentang Tuhan?
Ketika dalam perjalanan ke sini, sebuah bis memotong jalanmu, hingga hampir menabrak dirimu. Kamu mengeluarkan kata- kata yang kurang baik kepada pria malang pengemudi itu, bukannya kamu mendoakan dia dan terus mempersiapkan dirimu bagi Misa Kudus ini. Kamu telah gagal dalam hal kemurahan hati dan kamu kehilangan damai dan kesabaranmu. Dan kamu tetap mengatakan bahwa kamu tidak melukai Tuhan?
Kamu sampai disini pada saat terakhir, ketika prosesi para selebran sudah keluar untuk memulai perayaan Ekaristi, ... dan kamu langsung mengikuti Misa Kudus ini tanpa persiapan sebelumnya...
Aku menjawab : Benar sekali, Ibuku! Jangan katakan lebih banyak lagi kepadaku! Engkau tidak usah mengingatkan aku lebih banyak lagi karena aku bisa mati karena sedih dan malu.
Mengapa kamu sampai di sini pada saat terakhir? Seharusnya kamu sudah sampai disini lebih awal lagi, agar kamu masih sempat berdoa dan memohon kepada Tuhan agar mengutus Roh Kudus-Nya, agar Dia memberimu rahmat kedamaian dan membersihkan kamu dari roh dunia ini, dari rasa khawatirmu, dari kesulitan – kesulitanmu, dan dari segala penyimpanganmu, agar kamu bisa menjalani saat – saat yang amat kudus ini dengan baik. Namun kamu sampai di sini ketika perayaan sudah berlangsung dan hanyalah peristiwa biasa saja, tanpa ada persiapan spiritual darimu. Mengapa? Sebab di sinilah terjadinya keajaiban – keajaiban yang terbesar. Kamu akan menjalani saat ketika Allah Yang Maha Tinggi memberikan karuniaNya yang terbesar dan kamu tidak tahu bagaimana menghargainya dan menjalaninya!
Cukuplah sudah. Aku merasa amat berdosa sehingga aku memiliki alasan yang lebih dari cukup untuk memohon pengampunan dari Tuhan. Hal ini bukan hanya bagi penentanganku pada hari ini saja, tetapi juga bagi saat – saat sebelumnya seperti yang juga dilakukan oleh orang banyak lainya, dimana aku selalu menantikan selesainya homili untuk kemudian memasuki Gereja. Hal ini juga berlaku bagi saat –saat di mana aku berada disitu, dan bagi saat – saat di mana jiwaku penuh dengan dosa –dosa yang lebih besar lagi tetapi aku tetap saja mengikuti Misa Kudus tanpa mempedulikanya.
Itu adalah sebuah saat pesta dan Gloria sudah dinyanyikan. Lalu Bunda Maria berkata: Muliakanlah dan berkatilah Tritunggal Kudus dengan kasihmu, didalam pengakuanmu sebagai salah satu dari mahklukNya.
Betapa besar bedanya doa Gloria saat itu! Tiba – tiba aku melihat diriku berada di suatu tempat yang jauh dan penuh dengan cahaya, dihadapan Kehadiran Yang Mulia dari Tahta Allah. Dengan kasih yang amat besara aku terus berterimakasih kepadaNya dan aku ikut kepadaMu, karena kemuliaanMu yang besar, ya Tuhan Allah, Raja Surgawi, Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Segera aku ingat akan wajah kebapan dari bapa yang penuh dengan kebaikan. Tuhan Yesus Kristus, Putera Bapa, Engkau yang menghapus dosa – dosa dunia! Tiba – tiba Yesus berada dihadapanku, dengan wajah penuh kelembutan dan kerahiman. Karena hanya Engkaulah Maha Tinggi Yesus Krstus, bersama dengan Roh Kudus…., ternyata Allah adalah kasih yang amat indah. Dia, yang pada saat itu membuat seluruh pribadiku gemeteran….
Dan aku berkata: Tuhan, luputkanlah aku dari segala roh jahat. Hatiku adalah milikMu. Tuhanku, berilah aku damaiMu, agar aku menerima manfaat yang besar dari ekaristi ini dan agar hidupku menghasilkan buah – buah yang terbaik. Roh Kudus Allah, ubahlah diriku ini, bertindakanlah dalam diriku, tuntunlah aku. Oh Tuhan, berilah aku dengan karunia – karunia yang kubutuhkan untuk melayani engkau secara lebih baik lagi.
Pada saat Liturgi Sabda, Perawan Maria mendorongku untuk berkata: Tuhan , hari ini aku ingin mendengar SabdaMu dan menghasilkan buah yang berlimpah. Semoga Roh Kudusmu membersihkan bagian dalam dari hatiku agar SabdaMu bertumbuh dan berkembang didalamnya, memurnikan hatiku agar ia menjadi baik.
Lalu Bunda Maria berkata : Aku ingin kamu memperhatikan bacaan-bacaan dan semua homili dari imam. Ingartlah itab Suci mengatakan bahwa Sabda Allah tak akan kembali tanpa menghasilkan buah. Jika kamu memperhatikan, maka beberapa kutipan dari yang kau dengar itu akan tetap tinggal di dalam dirimu. Kamu harus ingat setiap hari akan beberapa Sabda Tuhan yang terkesan dalam dirimu. Kadang- kadang hal itu hanya berupa dua kutipa saja, atau kadang – kadang seluruh Kitab Suci itu ataupun kamu hanya ingat akan satu kata saja. Ingatlah selalu akan kalimat atau kutipan itu sepanjang hari itu maka ia akan menjaadi bagian dari dirimu, karena itulah cara untuk merubah hidup seseorang, dengan mengijinkan Sabda Tuhan merubah dirimu.
Dan kini, katakanlah kepada Tuhan bahwa kamu berada disini untuk mendengarkan, bahwa kamu ingin Dia berbicara kepada hatimu sekarang.
Sekali lagi aku berterimakasih kepada Tuhan karena memberi aku kesempatan untuk mendengar SabdaNya. Dan aku memohon ampun kepadaNya karena aku memiliki hati yang keras membantu selama bertahun – tahun ini dan karena aku telah mengajari anak – anaku bahwa mereka harus pergi ke Misa Kudus pada hari Minggu karena hal itu diperintahkan oleh Gereja, dan bukan kaarena kasih dan kita memang butuh dipenuhi oleh Tuhan.
Aku telah mengikuti banyak sekali Ekaristi yang sebagian besar hanya didasari oleh kewajiban saja dan karena itu aku percaya bahwaq aku diselamatkan. Namun aku tidak menjalankan hal itu dengan baik dan aku tidak menaruh perhatian kepada bacaan – bacaan atau kepada homili dari pastor
Betapa besar penderitaan yang kurasakan selama bertahun – tahun ini karena sikap acuhku sehingga aku harus kehilangan sesuatu yang amat berharga secara sia – sia. Betapa tak acuhnya sikap kita di dalam mengikuti Misa Kudus ketika kita hanya mengikutinya karena ada sahabat yang menikah, atau ada misa pemakaman, atau agar kita dilihat oleh orang lain berada didalam Gereja. Betapa kita telah mengabaikan Gereja kita serta Sakramen – sakramen. Betapa sia – sianya kita tentang segala hal di dunia ini, yang dalam sesaat saja bisa musnah tanpa meninggalkan apa – apa bagi kita dan pada akhir dari kehidupan kita, hal itu tidak berperanan untuk memperpanjang, bahkan 1 menit sekalipun keberadaan dan umur kita. Kita tidak tahu apa – apa tentang sesuatu yang bisa sedikit memberi kita rasa dari Surga ketika kita masih berada di dunia ini dan setelah itu ketika didalam kehidupan kekal nanti. Dan kita lalu menyebut diri kita sebagai orang yang berbudaya!
Beberapa saat kemudian Misa Kudus sampai pada offertorium. Tiba – tiba Bunda Maria berkata : Berdoalah seperti ini (dan aku mengulanginya) : “Tuhan, aku mempersembahakan kepadamu keseluruhan diriku, segala milikku, dan segala apa yang bisa kulakukan. Aku menaruh sehalanya didalam tanganmu. Kembangkanlah ya Tuhan, dari apa yang sedikit ada dalam diriku ini. Atas jasa –jasa dari PutraMu, rubahlah diriku, Tuhan Yang Maha Kuasa. Aku memohon kepadamu bagi keluargaku, bagi anak keturunanku, bagi setiap anggota kelompok apostolot kami, bagi semua orang yang memusuhi kami, bagi mereka yang mempercayakan diri mereka kepada doa doaku yang hina ini. Ajarilah aku untuk merendahkan hatiku hingga ke tanah, di hadapan mereka, sehingga perjalanan mereka menjadi semakin ringan. Seperti inilah para kudus berdoa dan beginilah aku ingin kamu semua melakukanya.
Beginilah Yesus meminta kita untuk berdoa, agar kita menaruh hati kita hingga ke tanah seperti para kudus, hingga mereka tidak merasakan penderitaanya, karena kami boleh meringankan sakitnya langkah – langkah kehidupan mereka. Beberapa tahun kemudian aku membaca sebuah buku doa dari seseorang kudus yang sangat kukasihi, Jose Maria Escriva de Balaguer dan disitu aku menemukan sebuah doa yang mirip dengan apa yang diajarkan Perawan Maria kepadaku ini. Mungkin orang kudus ini, kepada siapa aku mempercayakan diriku, telah menyenangkan Perawan Maria dengan doa – doanya itu.
Tiba – tiba ada beberapa sosok yang belum pernah kukenal sebelumnya mulai berdiri didalam gereja, katedral ini, dimana kemunculan mereka ini membuat Gereja semakin penuh dengan orang – orang yang muda dan cantik – cantik wajahnya. Mereka itu berpakaian jubah putih dan mereka bergerak ke bagian tengah Gereja dan menuju ke altar.
Lalu Bunda Maria berkata : perhatikanlah, mereka adalah para malaikat pelindung dari setiap orang yang ada disini. Ini adalah sebuah saat dimana malaikat pelindungmu membawa semua ujub dan persembahan dihadapan tahta Allah.
Pada saat itu aku merasa takjub sekali melihat mahkluk – mahkluk itu memiliki wajah yang indah sekali, bercahaya, tak bisa diceritakan dengan kata – kata. Penampilan mereka begitun indahnya dengan wajah yang mirip perempuan. Namun dari bentuk tubuh mereka, tanganya, tingginya, adalah seorang pria. Kaki mereka telanjang, tidak menyentuh lantai, seolah mereka berjalan meluncur. Prosesi itu nampak sangat indah sekali.
Beberapa dari mereka nampak membawa seperti cawan emas dan isinya memancarkan cahaya putih keemasan. Perawan Maria berkata: Mereka adalah para malaikat pelindung dari orang – orang yang ikut serta didalam Misa Kudus ini dengan berbagai intensi, dan mereka sadar akan makna dari perayaan ini. Mereka memiliki sesuatu untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
Persembahkanlah dirimu saat ini… kesedihanmu, sakitmu, pengharapan dan kesulitanmu, kebahagiaan dan ujub – ujubmu. Ingatlah bahwa Misa Kudus memiliki nilai yang tak terhingga besarnya. Karena itu serahkanlah persembahan dan permohonanmu sebanyak mungkin.
Di belakang rombongan malaikat yang pertama itu ada malaikat- malaikat yang lain tampak bersedih, dengan tangan memandang dada dalam posisi berdoa, namun mata mereka mmandang dan menunduk ke bawah. Mereka adalah para malaikat pelindung dari orang- orang yang ada di sini namun tidak melakukan dengan tulus hati, yaitu orang- orang yang merasa terpaksa datang ke sini karena kewajiban saja tanpa ada keinginan untuk ikut serta di dalam misa Kudus itu. Para malaikat berjalan maju dengan bersedih karena tidak membawa apa- apa menuju altar, kecuali membawa doa- doa mereka sendiri.
Janganlah kamu menyedihkan malaikat pelindungmu. Mintalah yang banyak, mintalah pertobatan bagi para pendosa, demi perdamaian dunia, bagi keluargamu,tetanggamu, bagi mereka yang minta bantuan doamu. Mintalah mintalah saja yang banyak, bukan hanya bagi dirimu sendiri, melainkan bagi orang lain.
Ingatlah bahwa persembahan yang paling menyenangkan bagi Tuhan adalah ketika kamu mempersembahkan dirimu di dalam sebuah pembantaian, sehingga ketika Yesus turun nanti Dia akan merubah dirimu melalui jasa- jasaNya sendiri. Apakah yang bisa kau persembahkan dari dirimu kepada Bapa? Hanya kehampaan dan dosa- dosa saja! Namun persembahan seseorang yang dipersatukan dengan jasa- jasa dari Yesus akan sangat menyenangkan Bapa.
Penglihatan itu, yang berupa prosesi para malaikat pelindung, amat indah sekali sehingga sulit sekali membandingkan hal itu dengan lainnya. Semua makluk surgawi itu menunduk di depan altar, beberapa ada yang menaruh persembahan mereka di lantai, yang lain lagi bersujud dan berlutut hingga dahi mereka menyentuh lantai. Ketika mereka sampai di altar, lalu mereka menghilang dari pandanganku.
Saat akhir dari Prefasi dan ketika umat berkata: Kudus, kudus, kudus! Tiba- tiba segala sesuatu yang ada di belakang selebran menghilang. Di belakang sebelah kiri dari Uskup Agung nampak ribuan malaikat yang berbaris secara diagonal. Di sana ada malaikat yang besar, kecil, malaikat dengan sayap yang luar biasa lebarnya, malaikat dengan sayap kecil , malaikat yang tanpa memiliki sayap, seperti yang terdahulu, semuanya berpakaian jubah putih seperti pastor atau putera altar.
Mereka masing- masing berlutut dengan tangan dalam posisi berdoa dan menundukkan kepala mereka penuh hormat. Alunan musik yang amat indah terdengar dan seolah hal itu berasal dari berbagai paduan suara dengan brbagai macam tingkatan nada, semuanya bernyanyi secara harmonis bersama dengan umat: Kudus, kudus, kudus!
Pada saat konsekrasi, saat keajaiban yang paling menakjubkan telah tiba. Di belakang kanan dari Uskup Agung, nampak banyak sekali orang dalam barisan diagonal. Mereka berpakaian jubah dengan warna- warna pastel: mawar, hijau, biru cerah, lilac, kuning, dengan berbagai macam warna yang lembut dan indah. Wajah mereka semua bercahaya, penuh dengan kebahagiaan. Mereka semua seolah berusia sama. Anda bisa mengetahuinya ( aku tidak tahu mengapa bisa ) bahwa usia mereka adalah berbeda- beda, meskipun wajah mereka kelihatan sama, tanpa kerutan- kerutan dan nampak bahagia sekali. Mereka semua berlutut bersama nyanyian Kudus, kudus, kudus!
Lalu terdengar Bunda Maria berkata: Mereka itu adalah para kudus dan orang –orang terberkati di surga dan diantara mereka ada jiwa- jiwa dari para saudara yang telah menikmati kehadiran Allah.
Lalu aku melihat Bunda Maria tepat di sebelah kanan Uskup Agung, satu langkah di belakangnya. Dia nampak sedikit melayang di atas lantai, berlutut pada suatu alas yang amat lembut, transparan , bercahaya seperti air kristal. Perawan Suci dengan tangan menyatu dalam posisi berdoa memperhatikan dengan penuh kasih dan rasa hormat kepada para selebran. Bunda Maria berkata kepadaku dari tempatnya itu, tetapi dengan diam, karena dia langsung berbicara kepada hatiku, tanpa perlu memandang kepadaku.
Cukup mengejutkan kamu karena melihat aku berdiri sedikit di belakang Mgr ( Uskup Agung ) bukan? Memang demikianlah yang seharusnya……….. dengan segala kasih yang diberikan Puteraku kepadaku, tetapi Dia tidak memberi kepada tanganku kemuliaan seperti yang Dia berikan kepada imam- imam yang bisa melakukan keajaiban setiap hari, yang mereka lakukan dengan tangan imamat mereka. Karena itulah aku sangat menghormati imam- imam dan keajaiban yang dilakukan Tuhan melalui mereka, yang mendorongku untuk berlutut di belakang mereka.
Ya Tuhan! Betapa besar kemuliaan ini, betapa besar rahmat yang dicurahkan Tuhan kepada jiwa- jiwa dari imam- imam itu tetapi kami, bahkan beberapa dari imam- imam itu sendiri, tidak menyadarinya.
Di depan altar nampak beberapa bayangan umat, yang berwarna abu- abu dengan tangan- tangan mereka terangkat. Perawan Suci berkata: Mereka adalah jiwa- jiwa terberkati yang ada di dalam Api Penyucian, yang menantikan doa- doamu agar mereka disegarkan. Janganlah berhenti mendoakan mereka. Mereka berdoa bagimu namun mereka tak bisa mendoakan diri mereka sendiri. Adalah kamu yang harus mendoakan mereka , untuk mendorong mereka keluar dari dalam Api Pencucian sehingga mereka tinggal bersama Tuhan dan menikmati Dia selama- lamanya.
Kini kamu melihat bahwa aku berada di sini setiap saat. Orang – orang terus berziarah, mencari tempat – tempat dimana aku telah menampakkan diri. Hal ini memang baik, karena semua rahmat yang bisa mereka terima di tempat- tempat itu. Tetapi tak ada tempat penampakan ataupun tempat- tempat lainnya. Dimana aku lebih banyak hadir secara penuh dari pada selama saat Misa Kudus berlangsung. Kamu akan selalu menemukan aku di kaki altar di mana Ekaristi dirayakan, di kaki tabernakel, aku ada di sana bersama para malaikat karena aku selalu ada bersamanya.
Melihat penampilan yang sangat indah dari Bunda Maria pada saat umat berkata: kudus, kudus, kudus! Serta mahkluk – mahkluk lainya yang bercahaya pada wajahnya, tangan mereka dalam posisi berdoa, menantikan keajaiban yang diulang terus menerus, adalahserasa berada di surga itu sendiri. Dan jika aku merenungkan bahwa ada orang yang pada saat itu bisa tertarik perhatianya kepada hal – hal yang lain ataupun berbicara sendiri dengan teman disebelahnya, sangat melukai hatiku. Karena ada banyak orang, pria lebihbanyak dari pada wanita, berdiri dengan berkacak pinggang, seolah dia menyambut Tuhan seperti menyambut temanya sendiri.
Bunda Maria berkata : katakanlah kepada semua orang bahwa tak ada pria yang lebih jantan dari pada mereka berlutut dihadapan Tuhan.
Ketika selebran mengucapkan doa konsekrasi, dimana sebelumnya dia nampak seperti biasanya, dengan tinggi yang normal, namun secara tiba – tiba dia menjadi semakin besar, penuh dengan cahaya, cahaya adikodrati antara putih dan keemasan, yang menyelimuti dirinya dan cahaya itu semakin kuat pada bagian wajahnya. Dan karena itu aku tak bisa melihat jelas pada wajahnya. Ketika dia mengangkat Hosti itu, aku melihat tanganya, di bagian belakang tanganya dia memiliki beberapa tanda bekas luka dari mana memancarlah cahaya amat kuat. Itu adalah Yesus sendiri! Itu adalah Dia, yang menyelimutkan TubuhNya sendiri kepada tubuh selebran itu. Seolah dengan kasihNya Dia mengelilingi tangan- tangan dari Uskup Agung. Pada saat itu Hosti Kudus itu menjadi semakin besar dan menjadi luar biasa besarnya dan disitu nampak wajah Yesus yang amat menakjubkan, yang sedang memandang kepada umatNya.
Secara instink aku ingin menundukkan kepalaku, namun Bunda Maria segera berkata: Janganlah menunduk, tegakkan kepalamu dan pandanglah Dia dan renungkanlah. Hendaknya kamu saling memandang denganNya dan ulangilah doa Fatima: Tuhan , aku percaya, dan aku mengasihiMu. Aku memohon ampun bagi mereka yang tidak percaya, tidak mau memuji, tidak mau pasrah dan tidak mau mengasihiMu. Pengampunan dan kerahiman ………. Kini katakanlah akepadaNya betapa besar kamu mengasihi Dia dan berilah tempat bagi Raja dari segala raja.
Segera aku mengucapkan kalimat itu kepada Tuhan dan seolah hanya aku sendiri saja yang sedang Dia mengerti bahwa memang beginilah cara Tuhan memandang kepada setiap orang dengan kasih yang sepenuh – penuhnya. Kemudian aku menundukan kepalaku hingga dahiku menyentuh lantai, seperti yang dilakukan para malaikat dan jiwa- jiwa terberkati di surga. Untuk beberapa detik lamanya aku bertanya- tanya dan merasa heran, bagaimana Yesus bisa mengambil wujud di dalam tubuh selebran dan pada saat yang sama Dia berada di dalam Hosti Kudus itu. Dan ketika selebran menurunkan Hosti Kudus itu, ia kembali ke bentuk semula. Air mata membasahi pipiku. Aku tak bisa menyembunyikan rasa taakjubku .
Segera Mgr. mendaraskan doa konsekrasi dari anggur dan ketika doa sedang di daraskan, nampak kilatan cahaya dari langit dan dari latar belakang altar itu. Dinding dan atap dari Gereja tidak nampak lagi. Semuanya gelap kecuali cahaya terang benderang yang muncul dari altar.
Tiba- tiba aku melihat Yesus yang disalib nampak melayang di udara, Aku melihatNya dari kepala sampai sedikit di bawah dadaNya. Palang salib yang melintang dipegangi oleh beberapa tangan yang besar dan kuat. Dari dalam ahaya itu nampak sebuah cahaya kecil yang berbea, amat terang, yang berupa seekor merpati kecil. Merpati itu muncul dan kemudian terbang berkeliling ke seluruh Gereja. Merpati itu lalu hinggap pada bahu kiri dari Uskup Agung, yang masih nampak sebgai Tubuh Yesus, karena aku bisa mengenali rambutNya yang panjang. Nampak luka- lukaNya dan TubuhNya yang besar bercahaya, namun aku tak bisa melihat wajahNya.
Di atas nampak Yesus yang disalib, kepalaNya tertuntuk ke arah kanan. Aku bisa membayangkan wajahNya, tanganNya yang dipukuli dan dagingNya yang terkoyak. Di bagian kanan dadaNya nampak luka dan berdarah hingga mengalir ke arah kiri dan kanan. Yang nampak seperti mata air, namun bercahaya terang. Hal itu lebih mirip pancuran air yang ke luar ke arah umat aberiman, yang bergerak ke kiri dan ke kanan. Aku merasa takjub atas jumlah darah yang mengalir ke luar ke arah piala. Aku berpikir bahwa piala itu pasti segera penuh dan meluber hingga menggenangi seluruh altar, namun tidak setetespun darah yang tumpah.
Kemudian Bunda Maria berkata: Ini adalah keajaiban dari segala keajaiban. Aku telah mengatakan kepadamu sebelumnya bahwa Tuhan tidak bisa ditahan oleh ruang dan waktu. Pada saat konsekrasi itu, maka seluruh umat manusia dibawa menuju kaki kalvari, pada saat penyaliban Yesus.
Bisakah orang membayangkan hal itu? Mata kita tak bisa melihatnya, namun sesungguhnya kita semua berada di sana pada saat mereka menyalibkan Yesus. Dan dia meminta pengampunan dari Bapa, bukan saja bagi mereka yang telah membunuhNya, namun juga bagi setiap dosa- dosa kita. Dengan berkata: Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.
Dari sejak saat itu dan seterusnya, aku tidak peduli apakah dunia menuduh aku gila, tetapi aku meminta agar setiap orang bertutur dan berusaha menghidupkan, dengan hati mereka dan dengan segala kepekaan yang mereka miliki, untuk memahami karunia yang diberikan Tuhan kepada kita .
Ketika kami berdoa Bapa Kami, Tuhan berkata untuk pertama kalinya selama perayaan itu: Teguhlah , Aku ingin kamu berdoa dengan kesungguhan yang paling besar yang bisa kau lakukan. Pada saat ini ingatlah akan orang atau orang – orang yang telah melukai kamu selama hidupmu, agar kamu bisa memeluk mereka di dalam dadamu dan katakanlah kepada mereka dengan segenap hatimu : Dalam nama Yesus , aku mengampuni kamu dan memohon damai bagimu. Dalam nama Yesus, aku memintakan pengampunan bagimu dan mengharapkan damai bagimu. Jika orang itu layak untuk menerima damai itu, maka orang itu akan menerimanya merasakan sukacita. Namun jika orang itu tidak layak untuk membuka diri terhadap damai itu, maka damai itu akan kembali ke dalam hatimu. Namun aku tidak ingin kamu menerima ataupun memberi damai jika kamu tidak mau mengampuni dan merasakan bahwa damai lebih dulu ada dalam hatimu.
Berhati- hatilah terhadap apa yang kau lakukan, lanjut Tuhan, sebab di dalam doa Bapa Kami itu, kamu mengulangi kalimat: Ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Jika kamu bisa mengampuni namun tidak mau melupakannya, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang, maka kamu telah menaruh beberapa persyaratan tertentu terhadap pengampunan Tuhan, di sini seolah kamu berkata: Engkau mengampuni aku hanya jika aku bisa mengampuni, tidak lebih.
Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan sakit hatiku ini, demi menyadari betapa besar kita bisa melukai Tuhan. Betapa besar kita bisa melukai diri kita sendiri dengan menyimpan gerutu, umpatan, pikiran- pikiran jelek dan hal – hal yang tidak baik yang lahir dari prasangka-prasangka kita sendiri dan sifat kita yang terlalu perasa. Aku mengampuni, aku mengampuni dari dalam hati dan aku memohon pengampunan dari semua orang yang telah kusakiti, agar aku bisa merasakan damai Tuhan.
Lalu selebran berkata: ……… berilah kami damai dan persatuan ,…………. Dan kemudian, Damai Tuhan besertamu………..!
Tiba – tiba aku melihat bahwa ada beberapa orang yang saling berpelukan satu sama lain, tetapi tidak semua dan ada sebuah cahaya terang muncul diantara mereka yang berpelukan itu. Aku tahu bahwa cahaya itu adalah Yesus dan segera saja aku memeluk orang yang berada di sebelahku. Aku merasakan pelukan Tuhan di dalam cahaya itu. Adalah Dia yang memeluk aku dan memberikan damaiNya kepadaku, karena pada saat itu aku bisa mengampuni dan membuang dari dalam hatiku segala kemarahanku terhadap orang lain. Inilah yang dinginkan Yesus, membagikan saat kebahagiaan, berpelukan dan berharap akan damaiNya.
Pada saat komuni bagi para selebran, sekali lagi aku melihat kehadiran semua imam- imam di samping Mgr. Ketika dia mengambil komuni, Perawan Maria berkata: Inilah saatnya untuk berdoa bagi selebran dan imam- imam yang menyertainya. Ulangilah bersama aku: Tuhan, berkatilah mereka, sucikanlah mereka, tolonglah mereka, murnikanlah mereka, kasihanilah mereka, pelihara mereka dan dukunglah mereka dengan kasihmu. Ingatlah akan semua imam- imam di dunia, berdoalah bagi semua jiwa- jiwa yang dikonsekrasikan.
Saudara- saudariku yang terkasih, itulah saat dimana kita harus berdoa bagi mereka karena mereka adalah merupakan gereja, seperti halnya kita umat awam ini. Berkali- kali kita umat awam menuntut terlalu banyak dari para imam namun kita tidak mau mendoakan mereka, kita tidak mau mamahami bahwa mereka adalah juga manusia, kita tidak mau amengerti dan menghargai kesepian yang seringkali menyelimuti seorang imam.
Hendaknya kita menyadari bahwa imam- imam adalah manusia seperti kita juga dan mereka juga butuh dimengerti dan diperhatikan. Mereka membutuhkan perhatian dan kasih dari kita karena mereka telah menyerahkan hidup mereka bagi kita semua, seperti yang dilakukan Yesus, dengan cara dipersembahkan akepadaNya.
Tuhan ingin agar kawanan yang dipercayakan kepadanya, agar berdoa dan membantu penyucian dari para imam mereka. Pada suatu hari nanti, ketika kita berada di dunia sebelah sana, kita akan mengerti keajaiban – keajaiban yang telah dilakukan Tuhan, yang telah memberi kita imam- imam yang menolong menyelamaqtkan jiwa- jiwa kita.
Kemudian umat meninggalkan bangku untuk menerima komuni. Saat perjumpaan yang paling agung telah tiba. Tuhan berkata kepadaku: Tunggu sebentar, Aku ingin kamu melihat sesuatu ………… Ada sebuah dorongan di dalam hatiku yang membuat mengarahkan pandanganku kepada seseorang yang akan menerima komuni pada lidah dari tangan imam.
Aku tahu bahwa dia adalah salah satu wanita dari kelompok kami yang pada malam sebelumnya tidak bisa menerima pengakuan dosa, namun pada pagi hari itu dia menerima Sakramen Pengakuan Dosa sebelum mengikuti Misa Kudus, Ketika imam menaruh Hosti Kudus pada lidah wanita itu, nampak sebuah kilatan cahaya, warnanya putih keemasan, yang menembus wanita itu, mula- mula melewati punggungnya dan kemudian cahaya itu menyelimuti dia pada bagian belakang, ke sekitar bahunya dan kepalanya.
Lalu terdengar Tuhan berkata: Beginilah Aku berbahagia memeluk suatu jiwa yang datang dengan hati yang bersih untuk menerima Aku.
Nada suara Yesus seperti orang yang berbahagia. Aku merasa takjub melihat sahabatku itu kembali ke bangkunya dengan tubuhnya diselimuti oleh cahaya. Dia dipeluk oleh Tuhan. Aku merenungkan keajaiban yang berkali- kali tak pernah kita perhatikan ataupun yang besar, karena seharusnya peristiwa itu adalah sebagai sebuah pesta besar.
…………Tolong, buatlah suamiku berhenti minum alkohol. Aku tak bisa menanggung lebih lama lagi jika dia mabuk berat dan anakku yang terkecil pasti akan tinggal kelas pada tahun ini jika Engkau tidak mau menolong aku. Dia akan menjalani ujiannya pada minggu ini………….. dan janganlah lupa, tetanggaku akan pindah rumah. Semoga dia melakukannya segera. Aku tak bisa bertahan lebih lama lagi dengannya ……….. dst.
Kemudian terdengar Uskup Agung berkata: Marilah kita berdoa dan kelihatan bahwa semua yang hadir di situ berdiri untuk melakukan doa penutup. Lalu terdengar Yesus berkata dengan nada sedih: Apakah kamu memperhatikan doa wanita itu ? Tidak sesaatpun juga dia berterima kasih kepadaKu atas karunia yang kuberikan kepadanya dengan membawa keilahianKu kepada kemanusiaannya yang malang itu, hingga Aku bisa mengangkat dia kepadaKu. Tidak sesaatpun juga dia berkata: Terima kasih , Tuhan. Doanya hanya berupa sebuah litani permohonan yang panjang dan begitulah yang dilakukan oleh sebagian besar orang yang datang untuk menerima Aku.
Aku telah mati demi kasih dan Aku telah dibangkitkan. Demi kasih Aku mau menanti kamu masing- masing dan demi kasih pula Aku tetap tinggal bersamamu. Namun kamu tidak menyadari bahwa Aku membutuhkan kasihmu. Ingatlah bahwa Aku adalah pengemis cinta di saat – saat yang amat mulia bagi jiwa- jiwa ini.
Apakah kita semua menyadari bahwa Dia, kasih, sedang mengemis, memohon kasih kita, namun kita tidak memberikan kasih itu kepadaNya? Terlebih lagi, kita justru menghindari perjumpaan dengan Kasih dari segala kasih itu. Dengan satu- satunya kasih yang menyerahkan diriNya di dalam sebuah kewajiban yang permanen.
Ketika selebran mau memberikan berkatnya, tiba- tiba perawan suci berkata: Perhatikanlah, waspadalah ……! Kamu melakukan tindakan seperti yang sudah – sudah, bukannya Tanda Salib. Ingatlah bahwa berkat itu mungkin merupakan berkat terakhir yang bisa kau terima dari tangan imam. Kamu tidak tahu ketika kamu meninggalkan tempat ini, apakah kamu mati atau tidak. Kamu tidak tahu apakah kamu masih memiliki kesempatan untuk menerima berkat dari imam yang lain. Tangan- tangan yang dikonsekrasikan itu memberimu berkat dalam nama Tritunggal Yang Maha Kudus. Karena itu lakukan Tanda Salib dengan penuh hormat, seolah itu adalah kesempatanmu yang terakhir.
Betapa banyaknya kita akan kehilangan jika kita tidak mengerti dan tidak ikut serta setiap hari di dalam Misa Kudus. Mengapa kita tidak berusaha untuk memulai sebuah hari dengan satu jam lebih awal agar kita bisa mengikuti Misa Kudus dan menerima segala berkat yang akan dicurahkan Tuhan kepada kita ?
Aku tahu bahwa karena alasan berbagai tugas, maka tidak semua orang bisa mengikuti Misa Kudus harian, namun paling tidak 2 – 3 kali seminggu kita bisa melakukannya, banyak sekali orang yang menghindari Misa Kudus pada hari Minggu, karena alasan anaknya ada satu, atau dua atau sepuluh, sehingga mereka tak bisa mengikuti Misa Kudus. Bagaimana mereka mengatur waktu mereka jika mereka memiliki janji yang penting lainnya? Ternyata mereka bisa membawa semua anak- anaknya untuk pergi bagi urusan yang lain, atau bergantian dengan suaminya, namun mereka tidak melaksanakan tugas bagi Tuhan.
Kita bisa memiliki waktu untuk belajar, bekerja, bersenang- senang, beristirahat, namun kita tak memiliki waktu, paling tidak pada hari Minggu, untuk mengikuti Misa Kudus.
Lalu Yesus memberitahu kepadaku bahwa aku harus tinggal bersamaNya untuk beberapa saat setelah Misa Kudus. Dia berkata: Janganlah terburu- buru pergi setelah Misa Kudus selesai. Tinggallah beberapa saat lamanya bersama Aku dan nikmatilah saat- saat itu dan biarlah Aku juga menikmati saat- saat kebersamaan denganmu.
Ketika masih kecil dulu, aku pernah mendengar orang berkata bahwa Tuhan masih ada bersama kita selama 5- 10 menit setelah komuni. Lalu Aku bertanya kepadaNya tentang hal ini: Tuhan sebenarnya berapa lamakah Engkau masih tinggal bersama kami setelah komuni?
Kukira Tuhan akan tertawa oleh kebodohanku ini, tetapi Dia kemudian menjawab: Sepanjang waktu selama kamu masih ingin Aku tinggal bersamamu. Jika kamu berbicara kepadaKu hari memberiku beberapa kalimat selama pekerjaanmu, maka Aku akan mendengarkan kamu. Aku selalu ada bersamamu. Kamulah yang pergi meninggalkanKu. Kamu meninggalkan Misa Kudus itu dan kewajibanmu pada hari itu berakhir sudah. Kamu menghormati hari Tuhan dan kini hal itu telah selesai bagimu. Kamu tidak berpikir bahwa Aku ingin merasakan kehidupan keluargamu bersamamu, paling tidak pada hari itu.
Di rumahmu kamu memiliki tempat yang khusus bagi segala kegiatanmu. Kau memiliki kamar untuk tidur, untuk memasak, untuk makan dsb. Dimanakah kamu menyediakan tempat bagiKu ? Di tempat itu bukanlah sekedar tempat yang ada gambarKu saja, yang hanya mengumpulkan debu sepanjang hari, tetapi hendaknya tempat itu, paling tidak selama 5 menit setiap hari keluargamu bisa berkumpul untuk berterima kasih atas karunia hari itu, atas karunia kehidupan dan memohon kepadaKu bagi segala kebutuhan mereka. Memohon berkat, perlindungan, kesehatan dan segala sesuatu memiliki tempat yang khusus di rumahmu, kecuali Aku.
Manusia merencanakan kegiatan mereka dalam sehari dalam seminggu, satu semester selama liburan dsb. Mereka tahu betul kapan hari- hari untuk beristirahat, kapan mereka mau nmenonton film atau pergi ke pesta, untuk berkunjung kepada nenek, menengok cucu, sahabat atau untuk bersenang- senang. Berapa banyak keluarga yang menyediakan waktu paling tidak sebulan sekali dengan berkata: Ini adalah hari untuk mengunjungi Yesus di dalam tabernakel, hingga seluruh keluarga bisa berbicara kepadaKu. Berapa banyak orang yang bisa berbicara kepadaKu. Berapa banyak orang yang duduk dihadapanKu dan berbicara denganKu, menceritakan keadaan yang mereka alamai sejak kunjungan mereka yang terakhir kepadaKu, berbicara tentang persoalan hidup mereka, kesulitan- kesulitan mereka, bercerita kepadaKu tentang kebutuhan mereka, menjadikan Aku sebagai bagian dari kehidupan mereka? Berapa banyakkah ?
Aku tahu segalanya. Aku bisa membaca rahasia- rahasia yang paling dalam dari hatimu dan pikiranmu. Namun aku akan lebih berbahagia jika kamu yang bercerita kepadaKu tentang kehidupanmu, kamu memberiKu kesempatan untuk ikut serta sebagai anggota keluargamu, sebagai sahabatmu yang paling akrab. Oh betapa banyak rahmat telah disia- siakan oleh manusia karena mereka tidak memberiKu tempat di dalam kehidupan mereka.
Ketika aku tinggal bersamaNya pada hari itu, dan pada hari- hari lainnya, Dia terus mengajari aku dengan berbagai hal. Hari ini aku ingin memberikan kepada anda, pembaca, tugas yang Dia percayakan kepadaku ini.
Yesus berkata: Aku ingin menyelematkan makhlukKu karena saat untuk membuka pintu menuju surga telah ditandai oleh banyak sekali rasa sakit dan penderitaan.
Ingatlah bahwa tidak satupun ibu yang memberi makan anak- anaknya dengan dagingnya sendiri. Tetapi Aku telah bergerak lebih jauh lagi. Aku telah berjalan menuju kasih yang paling tinggi, untuk memberikan jasa- jasaku kepadamu.
Misa Kududs adalah DiriKu sendiri yang memeperpanjang kehidupan dan kurbanKu di salib diantara kamu, tanpa jasa- jasa dari kehidupanKu dan darahKu, apakah yang kau miliki jika kamu sampai di hadapan Bapa? Tak ada yang lain kecuali kesedihan dan dosa………..
Kamu harus maju didalam keutamaan dari para melaikat dan Malaikat Agung, karena mereka tak memiliki sukacita seperti kamu yang bisa memiliki mekenan TubuhKu seperti yang kau alami ini, seolah mereka hanya minum setetes saja dari sebuah sumber air, sedangkan kamu bisa memiliki seluruh samudera untuk kau minum.
Hal lain yang dikatakan Tuhan tantang penderitaan, berkenan dengan adanya orang – orang yang tidak merasakan kekaguman apa – apa didalam perjumpaanya dengan Dia. Rutinitas seperti ini akan merubah beberapa orang menjadi suam – suam kuku, sehingga seolah tak ada sesuatu yang baru abginya untuk disampaikan kepada Yesus ketika dia menerima Yesus. Dia juga berkata bahwa ada banyak jiwa – jiwa yang telah dikonsenkrasikan yang telah kehilangan antusiasme mereka didalam jatuh cinta kepada Yesus dan menjadikan hidup bakti mereka sebagai pekerjaan yang rutin, sebuah profesi yang tak menghasilkan apa – apa lagi kecuali apa yang telah ditugaskan baginya saja, tanpa perasaan apa – apa.
Kemudian Tuhan berkata kepadaku tentang buah – buah yang harus dihasilkan dari setiap kali Komini Kudus yang kita terima. Terdapat orang – orang yang setiap hari menerima Tuhan di dalam Komuni Kudus tetapi tidak bisa merubah hidup mereka. Mereka menghabiskan waktu berjam – jam didalam doa dan melakukan berbagai macam pekerjaan di dalam Gereja, namun hidup mereka tidak berubah dan hidup yang tidak berubah ini tak akan bisa menghasilkan buah yang baik bagi Tuhan. Manfaat yang kita terima dari Ekaristi hendaknya menghasilkan buah pertobatan dalam diri kita dan buah kemurahan hati kepada para saudara kita.
Kita, umat awam, -memiliki peranan yang penting di dalam Gereja. Kita tidak boleh berdiam diri saja kerena tuhan telah mengutus kita keluar, sebagaimana terhadap semua orang yang telah dibabtis, untuk mewartakan Kabar Gembra. Kita tidak boleh menyerap semua pengetahuan ini bagi diri kita sendiri dan tidak mau membagikanya kepada orang – orang lain, sambil membiarkan orang lain mati kelaparan padahal kita memiliki banyak roti di tangan kita.
Kita tak bisa menyaksikan Gereja kita runtuh dan kita berdiam diri saja dirumah atau di paroki, sambil terus menerima banyak sekali karunia dari Tuhan, yang berupa sabdaNya, homili dari imam – imama, kesempatan untuk berziarah, kerahiman Tuhan didalam sakramen rekonsiliasi, persekutuan yang menakjubkan di dalam Komuni Kudus, nasihat – nasihat dari para pengkotbah.
Dengan kata lain. Kita sudah menerima banyak sekali namun kita tak memiliki keberanian untuk meninggalkan zona kenyamanan kita untuk pergi menuju penjara, tempat – tempat perawatan sosial, dan berbicara kepada orang – orang yang membutuhkan di sana . Berbicara agar mereka tidak menyerah, bahwa Gereja membutuhkan mereka, agar mereka sabar menderita karena penderitaan itu akan bisa maenebas orang lain, karena kurban mereka akan mendatangkan kehidupan kekl bagi mereka.
Kita tak bisa pergi menemui orang – orang yang sedang sekarat di Rumah Sakit, untuk berdoa kaplet Kerahiman Illahi, membantu mereka dengan doa- doa kita selama mereka menjalani perjuangan antara kebaikan melawan kaejahatan, untuk membebaskan mereka dari jerat dan godaan setan. Setiap orang yang sedang sekarat memiliki rasa takut dan dengan memegang tangan mereka dan berbicara kepada mereka tentang kasih Tuhan serta keajaiban – keajaiban yang menantikan mereka di surga di samping Yesus dan Bunda Maria, di samping para saudara mereka yang telah mati, bisa menghibur mereka.
Saat di mana kita hidup sekarang tidak mengijinkan kita untuk bersikap acuh. Kita harus menjadi kepanjangan tangan imam- imam dan kita harus pergi ke tempat mana mereka tak bisa datang. Namun untuk itu kita membutuhkan keberanian. Kita harus menerima Yesus, hidup bersama Yesus, memberi makan diri kita dengan Yesus.
Kita takut untuk bekerja lebih keras lagi, dan kita harus ingat ketika Tuhan berkata: Carilah Kerajaan Allah lebih dahulu, maka yang lainnya akan diberikan kepadamu.
Dia telah mengatakan hal itu, yang berarti kita harus mencari Kerajaan Allah dengan segala cara yang mungkin …… untuk membuka tangan kita guna menerima SEGALANYA! Sebab Dia adalah Tuhan yang akan memberi upah yang terbaik, Satu- satunya yang memperhatikan kebutuhan kita yang terkecil sekalipun !
Saudara- saudara, terima kasih karena Anda telah memungkinkan aku melakukan tugas ini, yang dipercayaakan akepadaku, hingga buku ini sampai di tangan Anda.
Selanjutnya jika Anda mengikuti Misa Kudus, hidupkanlah saat itu! Aku percaya bahwa Tuhan akan mencukupi anda karena janji- janjiNya: Misa Kudusmu tidak akan sama seperti saat- saat sebelumnya. Dan jika anda menerima Dia, kasihilah Dia!
Nikmatilah manisnya rasa diri anda yang bisa beristirahat di dalam lipatan- lipatan lambungNya, termasuk demi anda, agar Dia bisa memberikan Gereja dan IbuNya kepada anda semua , untuk membuka pintu- pintu menuju Rumah BapaNya, Rasakanlah hal ini agar anda bisa merasakan Kasih KerahimanNya akepada anda. Dengan melalui kesaksian ini dan berusahalah untuk melipat gandakan kasih anda seperti anak kecil. Semoga Tuhan memberkati anda semua di saat Paskah ini.
Saudari Anda di dalam Yesus yang hidup
CATALINA