Monday, December 7, 2009

Adven 1: Berjaga jaga dalam doa


Oleh : Rev. Fr. Boniface Kimsin (Holy Cross Tambunan, Sabah), November 26, 2009
Sumber : HERALD Malaysia Online (Link)

Adven bererti ‘kedatangan’ atau ‘akan datang’. Dalam masa Adven ini, kita diajak oleh Gereja untuk mempersiapkan diri menunggu kedatangan Kristus kali kedua pada akhir zaman serta menyambut hari kelahiran Kristus iaitu kedatangan-Nya yang pertama.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita supaya sentiasa berjaga-jaga di dalam doa sebab Tuhan akan datang secara tiba-tiba. Dalam pengalaman hidup kita, menunggu ketibaan orang yang selalu tiba lewat merupakan suatu perkara yang tidak kita senangi dan membosankan.

Ketika ada kematian dalam sebuah keluarga, sudah menjadi adat istiadat tempatan kita untuk berjaga pada waktu malam sehingga hari pengkebumian. Untuk mengelakkan dari tertidur, ramai orang bermain judi dan ada yang minum minuman keras hingga mabuk.

Perkara ini membawa keburukan dan memalukan umat Kristian. Sebenarnya tujuan utama berjagajaga tersebut harus diisi dengan doa-doa bagi roh saudara atau saudari yang dipanggil Tuhan serta mendoakan keluarga arwah yang masih hidup. Masa berjaga-jaga ini bukanlah tempoh untuk bersenanglenang, berjudi atau minum arak hingga mabuk.

Amat penting untuk berjaga-jaga di dalam doa sambil menunggu kedatangan Tuhan Yesus kali kedua pada akhir zaman. Ini adalah kerana, tidak ada seorang pun yang tahu, bilakah Tuhan Yesus akan kembali.

Berjaga-jaga di dalam doa itu bukan bererti berdiam diri dan berdoa sahaja tanpa berbuat apaapa. Doa kita seharusnya diiringi dengan tindakan konkrit, aktiviti dan perbuatan yang aktif untuk menghadirkan kerajaan Tuhan di dalam keluarga dan masyarakat. Kita juga harus aktif di dalam pelayanan menggereja.

Sebagai orang Kristian kita percaya bahawa keselamatan yang dijanjikan Tuhan telah pun digenapi melalui kedatangan Kristus ke dunia seperti yang dinubuatkan oleh nabi Yeremia dalam pembacaan pertama.

Kelahiran dan kehadiran Kristus di dalam dunia telah membawa sukacita, pengharapan, kebenaran dan keadilan kepada umat Tuhan dan seluruh bangsa manusia. Namun demikian kesempurnaan keselamatan akan terlaksana pada kedatangan Kristus yang kedua kali pada akhir zaman.

Di dalam pembacaan Injil hari ini,Yesus menyatakan dengan jelas mengenai kedatangan akhir zaman. Pada waktu itu,Tuhan Yesus Kristus akan datang kembali dengan kekuasaan dan kemuliaan-Nya untuk mengadili semua orang yang hidup dan mati. Kedatangan-Nya disertai dengan tanda-tanda yang menakutkan.

Sebagai umat beriman kita se patutnya tidak harus takut menghadapi tanda-tanda yang menakutkan itu. Kita harus menghadapinya dengan penuh keyakinan dan harapan akan cinta kasih dan belas kasihan Tuhan kepada kita.

Apa yang patut kita lakukan ialah sentiasa berwaspada dan tidak leka di dalam doa, melaksanakan perintah-perintah-Nya dan kehendak Tuhan di dalam hidup setiap hari dengan setia.

Mereka yang masih tertidur imannya kerana sentiasa dalam kemabukan dan hidup dalam pesta pora haruslah sedar dan bangunlah dari tidurnya dan usahakanlah hidup dalam pertaubatan.

Sebab akhir zaman akan datang kepada kita secara tiba-tiba pada masa dan hari di mana tidak ada seorang yang tahu. Melalui berjaga- jaga sambil berdoa kita akan mendapat kekuatan dari Tuhan dan bertahan di dalam iman dalam menghadapi segala cabaran dan dugaan di dalam dunia ini. Rasul Paulus di dalam pembacaan kedua menasihati kita supaya mengusahakan kekudusan hidup dan pertaubatan di dunia ini sementara menunggu kedatangan Tuhan. Sebagai umat Kristian, keutamaan di dalam hidup kita ialah melakukan kehendak Tuhan di dalam di dalam urusan harian kita.

Perkara-perkara yang kita lakukan di dalam hidup ini haruslah diperkenankan oleh Tuhan sekiranya kita ingin menikmati kehidupan kekal di syurga. Kita mestilah sentiasa mengingati akan kedatangan Tuhan Yesus yang tidak diketahui sambil taat berdoa, serta menghayati sabda Tuhan setiap hari agar iman kita menjadi teguh dan mantap dalam menghadapi segala percubaan duniawi.

Orang yang tidak berdoa bererti dia tidak memerlukan Tuhan di dalam hidupnya. Tanpa kehadiran Tuhan di dalam hidup seseorang, sudah pasti seseorang itu akan melakukan perkara-perkara yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Maka marilah kita menuruti nasihat Santo Paulus. Kita mohon Roh Kudus menguatkan dan membimbing kita sambil berjaga-jaga di dalam doa.



The Liturgical Season of Advent


From FR. WILLIAM SAUNDERS


The liturgical season of Advent marks the time of spiritual preparation by the faithful before Christmas. Advent begins on the Sunday closest to the Feast of St. Andrew the Apostle (Nov. 30). It spans four Sundays and four weeks of preparation, although the last week of Advent is usually truncated because of when Christmas falls. (For instance, this year, the fourth Sunday of Advent is obviously on Sunday, and then that evening is Christmas Eve.)

The celebration of Advent has evolved in the spiritual life of the Church. The historical origins of Advent are hard to determine with great precision. In its earliest form, beginning in France, Advent was a period of preparation for the Feast of the Epiphany, a day when converts were baptized; so the Advent preparation was very similar to Lent with an emphasis on prayer and fasting which lasted three weeks and later was expanded to 40 days. In 380, the local Council of Saragossa, Spain, established a three-week fast before Epiphany. Inspired by the Lenten regulations, the local Council of Macon, France, in 581 designated that from Nov. 11 (the Feast of St. Martin of Tours) until Christmas fasting would be required on Monday, Wednesday, and Friday. Eventually, similar practices spread to England. In Rome, the Advent preparation did not appear until the sixth century, and was viewed as a preparation for Christmas with less of a penitential bent.

The Church gradually more formalized the celebration of Advent. The Gelasian Sacramentary, traditionally attributed to Pope St. Gelasius I (d. 496), was the first to provide Advent liturgies for five Sundays. Later, Pope St. Gregory I (d. 604) enhanced these liturgies composing prayers, antiphons, readings, and responses. Pope St. Gregory VII (d. 1095) later reduced the number of Sundays in Advent to four. Finally, about the ninth century, the Church designated the first Sunday of Advent as the beginning of the Church year.

The Catechism stresses the two-fold meaning of this “coming” : “When the Church celebrates the liturgy of Advent each year, she makes present this ancient expectancy of the Messiah, for by sharing in the long preparation for the Savior’s first coming, the faithful renew their ardent desire for His second coming” (No. 524).

Despite the “sketchy” history behind Advent, the importance of this season remains to focus on the coming of our Lord. (Advent comes from the Latin adventus, meaning “coming.”) The Catechism stresses the two-fold meaning of this “coming” : “When the Church celebrates the liturgy of Advent each year, she makes present this ancient expectancy of the Messiah, for by sharing in the long preparation for the Savior’s first coming, the faithful renew their ardent desire for His second coming” (No. 524).

Therefore, on one hand, the faithful reflect back and are encouraged to celebrate the anniversary of the Lord’s first coming into this world. We ponder again the great mystery of the incarnation when our Lord humbled Himself, taking on our humanity, and entered our time and space to free us from sin. On the other hand, we recall in the Creed that our Lord will come again to judge the living and the dead and that we must be ready to meet Him.

A good, pious way to help us in our Advent preparation has been the use of the Advent wreathe. (Interestingly, the use of the Advent wreathe was borrowed from the German Lutherans in the early 1500s.) The wreathe is a circle, which has no beginning or end: So we call to mind how our lives, here and now, participate in the eternity of God’s plan of salvation and how we hope to share eternal life in the Kingdom of Heaven. The wreathe is made of fresh plant material, because Christ came to give us new life through His passion, death, and resurrection. Three candles are purple, symbolizing penance, preparation, and sacrifice; the pink candle symbolizes the same but highlights the third Sunday of Advent, Gaudete Sunday, when we rejoice because our preparation is now half-way finished.

The light represents Christ, who entered this world to scatter the darkness of evil and show us the way of righteousness. The progression of lighting candles shows our increasing readiness to meet our Lord. Each family ought to have an Advent wreathe, light it at dinner time, and say the special prayers. This tradition will help each family keep its focus on the true meaning of Christmas. In all, during Advent we strive to fulfill the opening prayer for the Mass of the First Sunday of Advent: “Father in Heaven, ... increase our longing for Christ our Savior and give us the strength to grow in love, that the dawn of His coming may find us rejoicing in His presence and welcoming the light of His truth.”




Tuesday, December 1, 2009

Sentuh Hatiku




Newer Posts Older Posts Home