Sunday, July 27, 2008

today..sia jumpa c...

Hallo everyone,
hari ne, Isnin,
sya jumpa dengan orang2 yang slama ini ingin skali sia jumpa...Sangat gembira juga la,,..walaupun sia diam2 jak...sia malu begia...Sia jumpa c Fr. Bruno Yasun, Fr, Julius, Fr. Rudolf, Sr, Mag, Sr. Terry, Sr Dora..dan banyak lagi la...memang sia nda sangka , ble satu meja miting sama diorang...Thanks..Sia kontek kamu nanti kio..hehe

Tuesday, July 22, 2008

i'm crying Jesus..

i'll come to serve you Jesus. Banyak pengalaman lalu mengajar diri, biar pun apa terjadi, gereja tetap dihati. Yesus tetap menjadi sahabat baik ku,.Sekarang, ku benar2 memerlukan petunjuk mu....untuk menguat kan diri ini sepertimana kuatnya diriku dahulu.....

Friday, July 18, 2008

Padre Pio's incorrupt body!

About Padre Pio
Padre Pio, a humble Capuchin priest from San Giovanni Rotondo, Italy , was blessed by God in many wonderful and mysterious ways. The most dramatic was the stigmata. Padre Pio bore the wounds of Christ for fifty years!

Among his other gifts were perfume, bilocation, prophecy, conversion, reading of souls, and miraculous cures. People are still being cured through his intercession in ways that cannot be explained by medicine or science.

More important, if less spectacular, are the spiritual healings that take place in all parts of the world! Padre Pio is a powerful intercessor!!








A Prayer to Padre Pio

Beloved Padre Pio, today I come to add my prayer to the thousands of prayers offered to you every day by those who love and venerate you in Jesus' name. They ask for cures and healings, earthly and spiritual blessings, and peace for body and mind. And because of your friendship with the Lord, he heals those you ask to be healed, and forgives those you ask be forgiven in Jesus' name. Through your visible wounds of the Crucified Jesus, which you bore for 50 years, you were chosen in our time to glorify the crucified Jesus. Because the Cross has been replaced by other symbols, please help us bring back the veneration of the wounds of Jesus Christ, for we acknowledge His Precious Blood as true a sign of salvation, cleansing and purification.

As we lovingly recall the wounds that pierced your hands, feet and side, like beloved Jesus Christ, we not only remember the blood He shed as you also shed in pain, along with your smile, and the invisible halo of sweet smelling flowers that surrounded your presence, certainly the Scent of The Lord, symbolic as the perfume of sanctity.

Padre Pio, may the healings of the sick become the testimony that the Lord has invited you to join the holy company of Saints. In your kindness, please help me with my own special request: (mention here your petition, and make the sign of the Cross).

Bless me and my loved ones. In the name of the Father, the Son and the Holy Spirit. Amen.




In Memoriam J.S.

The following quotes of Padre Pio tell how he looked after and loved his spiritual family:

'I love my Spiritual Children as much as my own soul and even more.'

'Once I take a soul on, I also take on their entire family as my spiritual children.'

'To my Spiritual Children, my prayers for you will never be lacking.'

'If one of my spiritual children ever goes astray, I shall leave my flock and seek him out.'

Monday, July 14, 2008

Pengakuan Iman Athanasius

Pengakuan iman ini diperkirakan ditulis pada akhir abad ke lima atau permulaan abad ke enam. Tidak diketahui dengan pasti siapa penulis pengakuan iman ini. Diberi nama Athanasius sangat mungkin karena isi pengakuan iman ini mencerminkan ajaran seorang bapak Gereja bernama Athanasius (296-373), yaitu Bishop di Alexandria, yang sangat menekankan pada Ketritunggalan Allah dan Keilahian Yesus Kristus. Dalam konsili di Nicea (325), Athanasius merupakan lawan yang mematahkan argumentasi Arius (lihat pengakuan iman Nicea). Itulah sebabnya jikalau kita amati isi pengakuan iman Athanasius, secara garis besar terbagi ke dalam dua garis besar, yaitu bagian pertama yang merupakan kesimpulan mendasar tentang doktrin Tritunggal, dan bagian kedua tentang dua sifat Yesus Kristus. Barangkali ini adalah pengakuan iman yang paling keras karena dalam pernyataan terakhirnya dikatakan bahwa orang yang tidak memiliki iman seperti yang tertuang dalam pengakuan iman Athanasius, sama saja dengan tidak diselamatkan!

Berikut isi Pengakuan Iman Athanasius:

1. Barangsiapa hendak diselamatkan, maka ia harus memiliki iman yang am;
2. Yaitu iman yang jikakalau tidak dijaga kemurniaannya, pastilah orang tersebut binasa.
3. Dan iman yang am itu adalah ini: bahwa kita menyembah Allah yang Esa di dalam Ketigaan, dan Ketigaan di dalam Keesaan;
4. Tanpa percampuran pribadi maupun pemisahan substansi.
5. Karena hanya ada satu pribadi Bapa, satu Anak, dan satu Roh Kudus.
6. Tetapi Keilahian Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah esa, demikian pula kemuliaan dan keagungannya.
7. Sebagaimana Bapa, demikian pula Anak, dan demikian pula Roh Kudus.
8. Bapa tidak dicipta, Anak tidak dicipta, dan Roh Kudus tidak dicipta.
9. Bapa tak dapat dipahami, Anak tak dapat dipahami, dan Roh Kudus tak dapat dipahami.
10. Bapa kekal, Anak kekal, dan Roh Kudus kekal.
11. Akan tetapi bukan tiga yang kekal, melainkan yang kekal itu esa.
12. Demikian pula bukan tiga yang tak diciptakan atau tak dapat dipahami, melainkan esa yang tak diciptakan dan esa pula yang tak dapat dipahami.
13. Karena itu, demikian pula Bapa Mahakuasa, Anak Mahakuasa, dan Roh Kudus Mahakuasa.
14. Akan tetapi bukan tiga yang Mahakuasa, melainkan esa.
15. Juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah;
16. Namun bukan tiga Allah, melainkan Allah yang Esa. Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan;
18. Namun bukan tiga Tuhan, melainkan Tuhan yang esa.
19. Karena itu sebagaimana kita diwajibkan untuk mengakui ketiga Pribadi pada diri-Nya sendiri sebagai Allah dan Tuhan;
20. Demikian pula kita dilarang untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau tiga Tuhan.
21. Allah Bapa tidak dibuat, tidak diciptakan, dan tidak dilahirkan.
22. Allah Anak adalah dari Allah Bapa saja; tidak dibuat, tidak diciptakan, tetapi dilahirkan.
23. Allah Roh Kudus adalah dari Bapa dan Anak; tidak dibuat, tidak diciptakan, tidak dilahirkan, melainkan "keluar dari."
24. Maka hanya ada satu Bapa, bukan tiga Bapa; satu Anak, bukan tiga Anak; satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus.
25. Dan di dalam Ketigaan tersebut, tidak ada yang lebih dulu atau sebelum .
26. Melainkan ketiga Pribadi itu sama kekal dan sama esensinya.
27. Sebab itu di dalam segala sesuatu, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Keesaan dalam ketigaan dan Ketigaan dalam Keesaan harus disembah.
28. Karena itu setiap orang yang mau diselamatkan harus mempercayai Tritunggal.
29. Lebih lanjut, penting bagi keselamatan adalah iman kepada inkarnasi Tuhan kita Yesus Kristus.
30. Iman yang benar berarti kita percaya dan mengakui bahwa Tuhan kita Yesus Kristus, Anak Allah, adalah Allah dan manusia;
31. Dalam Keallahan-Nya sehakekat dengan Bapa, dilahirkan dalam kekekalan; dan dalam kemanusiaan-Nya sama dengan semua orang di dunia;
32. Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya, baik jiwa maupun tubuh.
33. Sejajar dengan Bapa dalam Keilahian-Nya, dan lebih rendah daripada Bapa di dalam kemanusiaan-Nya;
34. Yang walaupun Ia adalah Allah dan manusia, namun Ia bukan dua, melainkan satu Kristus;
35. Satu, bukan karena berubah dari Allah menjadi bersifat daging, melainkan karena mengenakan rupa manusia pada Keilahian-Nya;
36. Satu secara bersama-sama, bukan oleh percampuran substansi, melainkan kesatuan dalam pribadi.
37. Karena sebagaimana satu tubuh dan jiwa adalah satu orang, demikian pula Allah dan manusia adalah satu Kristus;
38. Yang telah menderita untuk keselamatan kita, turun ke dalam kerajaan maut, bangkit pula pada hari ketiga dari kematian;
39. Ia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa;
40. Dari sana Ia akan datang untuk menghakimi yang hidup dan yang mati.
41. Yang mana pada saat kedatangan-Nya yang kedua, semua orang akan hidup dengan tubuh yang baru;
42. Dan semua orang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
43. Dan mereka yang telah melakukan kehendak-Nya akan memperoleh hidup yang kekal, sedangkan mereka yang melakukan kejahatan akan masuk ke dalam api yang kekal.
44. Inilah iman yang am; tanpa orang memiliki iman ini dengan setia, ia tidak akan dapat diselamatkan.

The True Image of Our Lord Jesus Christ

The True Image of Our Lord Jesus Christ –

Ketika saya sedang berziarah ke Tanah Suci pada pertengahan bulan Oktober 1982, saya banyak memotret dengan kamera instamatik 110.

Ketika saya pulang dan sesudah foto-foto itu dicuci dan dicetak, saya melihat foto Yesus ini diantara foto-foto lain. Mula-mula saya mengira bahwa pelayan toko keliru memberikan foto-foto orang lain kepada saya. Saya berkata kepada suami saya bahwa saya tidak merasa memotret gambar seperti itu. Saya juga tidak ingat bahwa saya pernah melihat gambar seperti itu. Kami berdua meneliti klisenya dan ternyata gambar itu memang ada dalam klise foto-foto saya. Saya bingung sekali, terutama karena saya tidak ingat dimana saya telah memotret gambar itu. Karena itu, saya menunjukkannya kepada yang memimpin rombongan kami. Ia berkata bahwa beliau sudah pergi ke Tanah Suci berkali-kali, tetapi tidak pernah melihat gambar itu disana.

Kemudian gambar itu saya tunjukkan kepada seseorang di daerah kami yang belajar dan menjelajahi Tanah Suci. Ia juga berkata bahwa ia tidak pernah melihat gambar seperti itu.

Kemudian agen tour yang mengadakan perjalanan itu membawa gambar tersebut ke New York. Mereka menunjukkannya kepada orang-orang yang mempelajari lukisan dan lukisan dinding. Mereka juga menyatakan bahwa gambar itu tidak ada di Tanah Suci.

Setelah melihat foto itu, saya kembali mengunjungi Tanah Suci sebanyak tiga kali. Setiap tahun saya mencari dan bertanya kepada siapa saja tentang gambar itu, dimana saya dapat mendapatkannya, tetapi tidak ada orang yang tahu.

Kisah foto ini mulai tersiar ketika beberapa teman saya tahu bahwa saya mencari, tetapi tidak mendapatkan jawabannya.

Suami saya dan saya sendiri merasakan keindahan foto itu dan kami ingin supaya orang lain ikut menikmati keindahannya. Kami mulai mencetaknya, membagikannya dan banyak hal yang indah terjadi, meskipun kami tidak menceritakan latar belakang kisah foto tersebut.

Saya enggan menceritakan kisahnya karena saya ingin agar foto itu diselidiki dengan lebih teliti. Bagi saya sendiri, hal ini membuat saya resah, terutama karena saya tidak ingat bahwa saya pernah memotret gambar seperti itu. Saya benar-benar tidak ingat, tetapi bagaimana mungkin orang dapat lupa kalau ia pernah memotret suatu gambar yang begitu indah. Foto ini sekarang sudah beredar di seluruh dunia dan Amerika Serikat. Saya berharap agar orang tidak tahu atau tertarik pada asal usul foto itu, tetapi hanya melihat keindahan dan keagungan Kristus. Ia adalah pancaran kasih, seperti yang terlihat dalam foto ini.

Keinginan kami ialah membawa Kristus pada setiap orang melalui foto ini. Dan seperti yang anda lihat sendiri, kisah di balik foto ini tidak begitu penting.

Saya tidak menyebut kisahnya sebagai suatu mukjizat, seperti yang dikatakan oleh beberapa orang yang saya tahu ialah bahwa foto ini telah membawa damai sejahtera kepada banyak orang meskipun mereka tidak tahu apa-apa tentang foto ini. Dan saya bersyukur kepada Allah karenanya.

Siapa yang memotret atau bagaimana terjadinya tidaklah penting. Yang penting ialah wajah Kristus.

Api Penyucian

APA ITU API PENYUCIAN?

Dalam salah satu audiensinya Bapa Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa api penyucian adalah keadaan yang kita alami setelah kita meninggal di mana kita dibersihkan dari segala noda dosa sebelum akhirnya diperkenankan masuk ke dalam surga. Bapa Suci menambahkan bahwa setiap orang yang hidupnya belum sempurna tetapi diperkenankan masuk ke surga harus terlebih dahulu tinggal dalam api penyucian. "Sebelum kita masuk dalam Kerajaan Allah, setiap noda dosa dalam diri kita harus dibersihkan, setiap cacat dalam jiwa kita harus disempurnakan. Itulah sesungguhnya yang terjadi di api penyucian,” kata Bapa Suci. Paus melanjutkan bahwa api penyucian juga bukan merupakan suatu tempat, "Api penyucian tidak menunjuk pada suatu tempat, melainkan suatu kondisi kehidupan. Mereka yang, setelah meninggal, tinggal dalam keadaan penyucian telah dibenamkan dalam kasih Kristus, yang akan mengangkat mereka dari sisa-sisa ketidaksempurnaan." Kemudian Paus mendorong umat Kristen untuk berdoa dan melakukan perbuatan-perbuatan baik demi jiwa-jiwa di api penyucian.

MENGAPA KITA MEMERLUKAN API PENYUCIAN?

Saudara-saudari kita kaum Protestan bersikeras bahwa hanya ada dua pilihan setelah kita meninggal dunia, yaitu: Surga atau Neraka. Sementara umat Katolik percaya bahwa ada pilihan lain sesudah kita meninggal, pilihan yang membuat kita amat bersyukur yaitu: Api Penyucian. Akan sangat mengerikan sekali jika kita hanya dihadapkan pada dua pilihan saja: Surga dan Neraka, sebab jarang sekali ada orang yang demikian kudus hidupnya sehingga dapat langsung masuk ke surga. Oleh karena Belas Kasih Allah kepada umat manusia maka kita diberi kesempatan untuk memurnikan diri sebelum masuk ke surga yaitu melalui api penyucian.

Untuk mempermudah pemahaman kita, mari kita menggunakan suatu perumpamaan. Coba bayangkan: kalian diundang untuk menghadiri suatu pesta yang agung. Setiap orang yang hadir mengenakan pakaian serta gaun mereka yang terindah, rambut mereka tertata rapi, dan tubuh mereka bersih serta harum. Tuan rumah membuka pintu dan mempersilakan kalian masuk. Tetapi kalian berdiri di depan pintu dengan pakaian gembel yang bau, rambut kalian acak-acakan, tubuh kalian dekil dan perlu dibersihkan. Apakah kalian akan masuk ke dalam ruang pesta?

Jika kalian bersikeras bahwa api penyucian itu tidak ada, saya akan bertanya: Apa yang membuat kalian yakin bahwa kalian benar-benar bersih dan tanpa noda dosa pada saat kalian meninggal dan dihadapkan ke pengadilan akhir? Bukankah kita semua orang berdosa, yang setiap hari terus-menerus melakukan dosa-dosa kecil yang hanya tampak oleh Allah saja? Oleh karena itu bersukacitalah atas api penyucian di mana kita dapat membersihkan diri kita dari segala dosa sebelum memasuki kemuliaan surgawi yang abadi!

Api Penyucian memang secara spiritual amat menyakitkan sebab jiwa-jiwa yang tinggal di sana sangat ingin berada bersama dengan Allah tetapi tidak bisa. Pada saat yang sama dalam api penyucian ada sukacita besar sebab jiwa-jiwa yang tinggal di sana percaya bahwa setelah masa tinggal mereka di api penyucian berakhir maka mereka pasti diperkenankan masuk ke dalam surga.

MENGAPA KITA BERDOA BAGI MEREKA YANG TELAH MENINGGAL DUNIA?

Berdoa bagi orang-orang yang telah meninggal dunia bukan saja bermanfaat, tetapi juga amat penting. Sayang sekali kebiasaan ini hampir terabaikan. Kita telah lupa bahwa Gereja Katolik terdiri dari tiga bagian yang tak terpisahkan: GEREJA PEJUANG (kita di dunia, yang setiap hari berjuang demi keselamatan kita), GEREJA MENDERITA (jiwa-jiwa di api penyucian) dan GEREJA JAYA (para malaikat dan para kudus di surga). Ketiga gereja tersebut membentuk Tubuh Mistik Kristus dan saling bekerja sama dalam mempertahankan pondasi gereja. Jika kita, Gereja Pejuang, lalai berdoa bagi jiwa-jiwa para saudara kita di api penyucian (Gereja Menderita), berarti kita ikut melemahkan pondasi gereja

BAGAIMANA KITA BERDOA BAGI MEREKA YANG TELAH MENINGGAL DUNIA?

Hal paling ampuh yang dapat kita lakukan ialah mengadakan Misa untuk Jiwa-jiwa di Api Penyucian, atau mohon intensi misa (intensi misa = ujub Misa yang terkadang diminta oleh umat) bagi jiwa seseorang yang telah meninggal dunia. Devosi lain yang amat bermanfaat ialah Doa Rosario dan Jalan Salib demi jiwa-jiwa menderita tersebut. Kita juga dapat melakukan matiraga. Semua matiraga kita, bahkan matiraga yang terkecil sekali pun, kita persatukan dengan penderitaan Yesus dan kita persembahkan ke dalam tangan kasih Bunda Maria demi keselamatan jiwa-jiwa di api penyucian. Indulgensi (indulgensi = pengampunan/ penghapusan hukuman dosa di api penyucian) juga berlaku bagi mereka yang telah meninggal dunia. Jadi ingatlah untuk senantiasa berdoa dan melakukan perbuatan-perbuatan baik demi jiwa-jiwa tersebut.

Sebuah buletin berjudul “The Holy Souls Will Repay Us a Thousand Times Over"(Jiwa-jiwa Akan Membalas Kita Seribu Kali Lipat), mengatakan, “Ketika pada akhirnya jiwa-jiwa di api penyucian telah terbebas dari penderitaan mereka dan menikmati sukacita surgawi, mereka tidak akan melupakan saudara-saudarinya yang masih ada di dunia. Ungkapan rasa terima kasih mereka tidak mengenal batas. Sujud menyembah di hadapan Tahta Allah, mereka tidak henti-hentinya berdoa bagi saudara-saudari yang telah mendoakannya. Dengan doa-doanya, jiwa-jiwa itu melindungi saudara-saudarinya dari mara bahaya serta dari segala kejahatan yang mengancam. Dan kelak ketika saudara-saudarinya itu tiba di api penyucian, jiwa-jiwa itu akan mendoakan mereka sehingga masa tinggal mereka di api penyucian dapat dipercepat dan diperingan atau bahkan mereka dapat memperoleh pengampunan SEUTUHNYA.” (Imprimatur: Herbert Cardinal Vaughan).


"Yesus, Maria, aku mengasihi Engkau, selamatkanlah jiwa-jiwa"

Pesan Bunda Maria kepada segala bangsa

Aku menempatkan kakiku di atas dunia. Aku akan menolong mereka dan memimpin mereka menuju tujuan yang sejahtera! Tetapi, mereka harus mendengarkan aku..."(Pesan Bunda Segala Bangsa 17 Oktober 1945)

Lukisan Santa Perawan Maria sebagai Bunda Segala Bangsa menggambarkan Maria sebagai Penebus-serta, Pengantara dan Pembela segala bangsa.

Ia menempatkan kakinya di atas bola dunia di depan salib. Ia bersatu dengan Gereja dan Salib. Itulah sebabnya Bunda Maria memperoleh karunia untuk membagikan berkat-berkat salib kepada dunia.

Ketiga sinar yang memancar dari tangannya melambangkan rahmat, penebusan serta perdamaian yang terus-menerus diterimanya dari salib.

Pada tanggal 25 Maret 1945, pada Hari Raya Kabar Sukacita, seorang wanita sederhana bernama Ida Peerdeman yang tinggal bersama saudara-saudara perempuannya di Amsterdam, Holland mendapat penampakan Bunda Maria. Peristiwa ini merupakan awal dari serangkaian sekitar 60 penampakan yang berakhir pada tanggal 31 Mei 1959 dan dikenal sebagai "Pesan-pesan Bunda Segala Bangsa".

Setelah pengumuman Dogma Maria Diangkat ke Sorga pada tahun 1950, Bunda Maria menampakkan diri berdiri di atas bola dunia sebagai Bunda Segala Bangsa. Bunda Maria memberi penjelasan mengenai gelarnya:

"Sebelum wafat-Nya, salah satu tindakan Tuhan Yesus adalah memberi semua bangsa kepada Miriam atau Maria, menjadi Bunda Segala Bangsa. Hal itu jelas dari kata-kata-Nya: 'Wanita, lihatlah anakmu. Anak, lihatlah ibumu'. Dengan peristiwa ini, Miriam atau Maria menerima gelarnya yang baru ini". (Pesan Bunda Maria 5 Oktober 1952).

"Suruh lukis gambarku ini dan bersama dengannya sebarluaskan doa yang aku ajarkan kepadamu. Karena aku ingin menjadi Bunda Segala Bangsa dan karenanya aku rindu agar doa ini diterjemahkan ke segala bahasa dan diucapkan setiap hari." (Pesan Bunda Maria 4 Maret 1951).

Doa Yang Diajarkan oleh BUNDA SEGALA BANGSA

Ya Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah Bapa,
utuslah Roh-Mu ke seluruh dunia sekarang ini juga.
Biarlah Roh Kudus tinggal di dalam hati semua bangsa
supaya kemerosotan, malapetaka atau peperangan dijauhkan dari bangsa-bangsa.
Semoga Bunda Segala Bangsa, yaitu Santa Maria, menjadi Pembela kami. Amin.

kenapa kita susah berdoa?

Saya merasa tidak mengerti pada satu masalah yang ada di gereja selama bertahun-tahun selama beberapa waktu - dan itu sangat menarik perhatian saya. Masalah itu ialah : kenapa orang kristen susah sekali berdoa?

Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa jawaban dari hidup ini ialah doa dan iman. Rasul Paulus menulis, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6). Paulus mengatakan pada kita, "Carilah Tuhan dalam setiap bidang di dalam hidupmu. Dan lebih dulu bersyukurlah pada-Nya karena Ia mendengarkanmu."

Maksud Paulus jelas : Selalu berdoa terlebih dahulu! Kita tidak berdoa sebagai usaha terakhir - pergi ke sahabat dulu, lalu ke pendeta atau konselor, dan akhirnya berlutut untuk berdoa sebagai usaha terakhir. Tidak - Yesus berkata pada kita, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Kita harus pergi pada Tuhan dulu - sebelum pergi pada yang lain!


Sangat menggetarkan hati waktu membaca surat yang dikirim ke pelayanan kami dari banyak orang Kristen yang mengalami kegagalan. Keluarga yang kacau, perceraian suami istri, orang yang berjalan dengan iman bersama dengan Kristus selama bertahun-tahun kini hidup dalam ketakutan dan kekalahan. Setiap orang ini dikalahkan oleh musuh - dosa, depresi, keduniawian, kepalsuan. Dan tahun demi tahun masalah mereka hanya kelihatan semakin parah.

Tetapi, yang mengejutkan saya ialah dari surat mereka sedikit sekali yang menyinggung tentang doa. Mereka mencari kaset, buku, konselor, menelpon acara-acara, macam-macam terapi - tetapi jarang untuk berdoa. Mereka mengalami kekuatiran, kegentaran, hidup di bawah awan gelap setiap hari, karena mereka tidak punya jawaban atas masalah mereka.

Kenapa orang Kristen dalam masa krisis sulit mencari Tuhan untuk kebutuhan mereka yang mendesak? Padahal Alkitab adalah kesaksian yang panjang tentang Tuhan yang mendengarkan seruan anak-anakNya dan menjawab mereka dengan kasih yang hangat :

"Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong." (Mazmur 34:16)

"Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka Tuhan mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (ayat 18)

"Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepadaNya." (1 Yoh 5:14-15)

"… Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yak 5:16)

"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Mat 21:22)

"… tetapi doa orang jujur dikenanNya." (Ams 15:8)

"… tetapi doa orang benar didengarNya." (ayat 29)

"sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka." (Mazmur 102:18)

Dengarlah apa yang dikatakan Daud, "Pada hari aku berseru, Engkaupun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku." Daud berkata, "Aku telah membuktikan Engkau, Tuhan! Dalam semua cobaan, aku tidak berpaling pada siapa pun. Aku hanya mencari Engkau saja - dan Engkau mendengarkan aku, menjawab aku, dan memberiku kekuatan untuk peperangan yang kuhadapi!" "dalam kesesakan engkau berseru, maka Aku meluputkan engkau, Aku menjawab engkau…" (81:7)

Janji-janji dan kesaksian ini ialah bukti yang luar biasa akan pemeliharaan Tuhan. Dan begitu bermacam-macam dan banyaknya kesaksian semacam ini, saya tidak mengerti mengapa banyak orang Kristen tidak dapat melihatnya!

Tentang doa, Alkitab memberikan pada kita lebih besar daripada sekedar janji-janji. Alkitab memberikan juga peringatan tentang bahaya mengacuhkan doa. "bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu,…." (Ibrani 2:3). Bahasa Yunani dari 'menyia-nyiakan' di sini berarti memandang enteng, hal yang sepele.

Maksud dari ayat ini ialah hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan kita - dan doa tentu adalah salah satunya. Tuhan bertanya, "Bagaimana kamu bisa berharap untuk terlepas dari kehancuran dan kebinasaan pada masa kegelapan yang akan datang, kalau kamu tidak belajar berhubungan dengan Ku melalui doa? Bagaimana kamu akan mengenal suara Ku pada hari itu, jika kamu belum pernah mendengarnya dalam hatimu dalam ruang doamu?

Saya percaya Tuhan merasa sedih karena banyak dari umat-Nya yang mengabaikan doa hari-hari ini. Yeremia menulis, "Dapatkah seorang dara melupakan perhiasannya, atau seorang pengantin perempuan melupakan ikat pinggangnya? Tetapi umat-Ku melupakan Aku, sejak waktu yang tidak terbilang lamanya." Yeremia 2:32

Inilah pertanyaan saya yang besar - satu hal yang tidak bisa saya pahami : Bagaimana umat Tuhan - yang selalu diserang oleh kuasa neraka, menghadapi masalah dan cobaan dari berbagai sisi - tidak pernah mencari Tuhan minggu lepas minggu? Dan bagaimana mereka bisa mengaku mengasihi Nya dan percaya pada janji-janji Nya tapi tidak pernah mendekat kepadaNya?







Sumber : www.tscpulpitseries.org

4 tanda gereja sejati

Jika kita ingin menemukan Gereja yang didirikan oleh Yesus, kita perlu menemukan gereja yang memiliki empat tanda atau kualitas utama dari Gereja-Nya. Gereja yang kita cari haruslah satu, kudus, katolik dan apostolik.

Gereja Adalah Satu (Roma 12:5, 1 Korintus 10:17, 12:13, Katekis Gereja Katolik 813–822)

Yesus hanya mendirikan satu Gereja, bukan kumpulan gereja-gereja yang berbeda-beda (Lutheran, Calvinis, Baptis, Anglikan dan sebagainya). Alkitab mengatakan bahwa Gereja adalah mempelai Kristus (Efesus 5:23–32). Yesus hanya mempunyai satu mempelai, dan mempelai-Nya adalah Gereja Katolik.

Gereja-Nya juga mengajarkan satu set doktrin, yang harus sama seperti yang diajarkan oleh para Rasul (Yudas 3). Ini adalah kesatuan iman yang diminta oleh Kitab Suci terhadap kita (Filipi 1:27, 2:2).

Meskipun ada umat Katolik yang menyeleweng dari doktrin-doktrin yang diajarkan secara resmi, para guru-guru resmi Gereja - Bapa Suci Sri Paus dan pada Uskup yang bersatu dengannya - tidak pernah mengganti doktrin apapun. Selama berabad-abad, sebagaimana doktrin-doktrin diperiksa secara lebih menyeluruh, Gerejapun memahami lebih mendalam (Yohanes 16:12-13), tetapi Gereja tidak pernah menginterpretasikan ajaran-ajaran tersebut secara bertolak belakang dibandingkan arti yang telah dipahami sebelumnya.

Gereja Adalah Kudus (Efesus 5:25–27, Wahyu 19:7–8, Katekis Gereja Katolik 823–829)

Dengan rahmat-Nya Yesus membuat Gereja kudus, sama seperti diri-Nya sendiri kudus. Ini tidak berarti setiap anggota juga selalu kudus. Yesus berkata bahwa ada umat yang baik dan buruk di dalam Gereja (Yohanes 6:70), dan tidak semua umat akan masuk surga (Matius 7:21-23).

Tetapi Gereja itu sendiri adalah kudus karena Gereja adalah sumber kekudusan dan adalah pelindung rahmat-rahmat khusus yang Yesus tentukan, yaitu sakramen-sakramen (Efesus 5:26).

Gereja Adalah Katolik (Matius 28:19–20, Wahyu 5:9–10, Katekis Gereja Katolik 830–856)

Gereja Yesus disebut katolik ("universal" dalam bahasa Yunani) karena merupakan karunia-Nya kepada segenap umat manusia. Dia mengirimkan para Rasul-rasul-Nya untuk pergi ke segala penjuru dunia dan mengambil murid dari segala bangsa (Matius 28:19–20).

Selama 2000 tahun Gereja Katolik telah menjalankan misi ini, mewartakan kabar gembira bahwa Kristus telah wafat bagi segenap umat manusia dan bahwa Ia menginginkan kita semua menjadi anggota keluarga-Nya yang universal (Galatia 3:28).

Pada masa kini Gereja Katolik dapat ditemukan di setiap negara-negara di dunia dan masih terus mengirimkan misionaris untuk membaptis segala bangsa (Matius 28:19).

Gereja yang Yesus bangun sudah dikenal melalui sebutannya yang paling umum, "Gereja Katolik," setidaknya sejak tahun 107 Masehi, ketika Ignatius dari Antiokia (salah satu Church Fathers) menggunakan sebutan ini untuk menjelaskan satu Gereja yang Yesus dirikan. Bahkan pada masa Ignatius sebutan itu sudah lama digunakan, yang berarti sebutan itu bahkan mungkin sudah digunakan sejak masa hidup para Rasul.

Gereja Adalah Apostolik (Efesus 2:19–20, Katekis Gereja Katolik 857–865)

Gereja yang Yesus dirikan bersifat apostolik karena Dia menunjuk para Rasul (=apostolos) untuk menjadi pemimpin-pemimpin Gereja yang pertama, dan para pengganti mereka sebagai pemimpin-pemimpin dimasa depan. Para Rasul adalah uskup-uskup yang pertama, dan sejak abad pertama, ada urut-urutan uskup-uskup Katolik yang dengan setia meneruskan apa yang diajarkan oleh para Rasul kepada umat Kristen pertama melalui Kitab Suci dan Tradisi Lisan (2 Timotius 2:2).

Ajaran-ajaran ini termasuk diantaranya kebangkitan badan oleh Yesus, Kehadiran Sejati oleh Yesus dalam Ekaristi, Misa Kudus yang bersifat kurban persembahan, pengampunan dosa melalui seorang imam, regenerasi pembaptisan, keberadaan Api Penyucian, peran khusus Maria, dan masih banyak lagi - bahkan termasuk doktrin suksesi kerasulan itu sendiri.

Tulisan-tulisan Kristen purba membuktikan bahwa orang-orang Kristen pertama adalah sepenuhnya Katolik dalam iman dan prakteknya, dan mematuhi para penerus kedudukan Rasul-rasul sebagai pemimpin-pemimpin mereka. Apa yang dipercaya oleh orang-orang Kristen ini masih dipercaya oleh Gereja Katolik. Tidak ada gereja lainnya yang dapat membuat pengakuan serupa.

Sumber : Catholic Answers

Renungan Kecil dan Besar

Bulan Oktober ini kita mau berhenti sebentar dan mau mempelajari banyak dari paradoks serta kontradiksi yang dihadapi oleh kita yang mengikuti Yesus Kristus. Sebuah kontras aneh yang kita hadapi dalam hidup iman kita adalah apa yang manusia anggap kecil itu oleh Allah dinilainya sebagai sesuatu yang besar. Dibanding dengan matahari, manusia itu kelihatannya kecil dan tak berarti. Namun Tuhan memperlihatkan perhatianNya atas manusia yang kecil dan tak berarti itu. Dan Kasih dan perhatian Tuhan terhadap manusia kecil ini ternyata sungguh–sungguh jauh lebih hebat daripada pemeliharaanNya atas matahari yang bersinar cemerlang. Caranya Tuhan membalikkan nilai-nilai manusia itu jelas dalam hidupnya Maria. Injil Lukas menamakan Maria yang paling diberkati antara semua perempuan (Lukas 1:42). Dalam injil Lukas 1:46-55, Bunda Maria menyatakan tentang kedudukan dirinya yang rendah sebagai seorang hamba Allah, Juruselamatnya. Walaupun Bunda Maria tinggal di sebuah kota yang menjadi ejekan oleh para tokoh keagamaan (Yohanes 1:46), namun kuasa Allah Yang Maha Tinggi mengubah hidupnya itu.

Bunda Maria pun berbicara tentang Allah yang menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah. Yang kecil menjadi yang besar, Yang lapar menjadi kenyang, dan yang kaya dalam kelimpahannya disuruh pergi dengan tangan hampa, Yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir. Namun, janganlah hendaknya kita mencoba untuk menjadi yang terakhir, supaya kita akan menjadi yang terdahulu. Cara penilaian Allah bukanlah cara kita. Dalam doa rosario yang kita panjatkan secara pribadi dan bersama-sama dalam lingkungan Gereja, keluarga dan persekutuan doa, kita mesti terbuka bagi sumber daya besar dari kuasa tertinggi. Dengan iman yang sederhana, bersama Bunda Maria kita diam dalam lindungan Yang Mahakuasa.

Memang benar, bilamana kita lemah, maka kita kuat sebab kekuatan Allah menjadi sempurna dalam kelemahan kita. (II Korintus 12:9-10) Marilah berdoa: Ya Tuhan Allah, biarlah kami menjadi rendah sebagai orang-orang berdosa yang bertobat dan memerlukan pertolonganMu, supaya kami dapat dijadikan cukup besar untuk disebut anak-anak-Mu, dan yang senantiasa terpelihara oleh kehadiranMu. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami. AMIN.

Dari manakah Alkitab?

Kata Alkitab berasal dari bahasa Arab "kitab" dengan kata sandang "al" dalam bahasa Yunani "Biblia", bentuk jamak dari "Biblion" yang berarti "kitab-kitab/buku-buku".Bagian Alkitab tidak ditulis sekaligus.Setelah berabad adbad lamanya barulah kumpulan kitab-kitab ini diselesaikan, dan kemudian ditetapkan sebagai bagian dari kitab suci.

Allah memenuhkan orang-orang tertentu dengan Roh kudus, untuk dapat memahami dan menyampaikan secara tepat berita keselamatan Allah untuk manusia yang hidup disegala zaman. MEreka menulis berita dari Allah itu dengan gaya bahasa dan ungkapan yang sesuai dengan adat,kebiasaan,dan zaman mereka masing-masing. Kitab-kitab dari Alkitab dikumpulkan secara bertahap dalam kurun waktu kira-kira 1500 tahun. Penulisannya beberapa orang berbeda, dengan berbagai bahasa(Ibrani,Aram dan Yunani) serta di tempat yang berbeda juga.

Kanonisasi berasal dari kata "kanon" yang berarti ukuran atau patokan. Prosesnya rumit dan memakan waktu yang lama. Kanonisasi Alkitab ialah pengakuan pada buku-buku yang benar-benar merupakan bagian dari Kitab suci, Yakni diilhami oleh Allah, dan pengesahannya sebagai kumpulan tulisan suci yaitu Firman Allah dalam bahasa manusia, karena di dalamnya dimuat Sabda Allah yang tertulis.Sabda inilah yang menyatakan kasih Allah dan kehendak Allah yang bermanfaat bagi umat manusia di segala zaman.

Perjanjian Lama

Adalah kitab suci untuk umat Yahudi.Semua ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali sebagian buku Daniel dan sebagian buku Ezra ditulis dalam bahasa Aram. Mulanya, kisah-kisah mnegenai Allah dan hubungan-Nya dengan umat israel disampaikan dari mulut ke mulut. Baru sekitar tahun 1200-1000 SM kisah-kisah itu mulai dituliskan. Pada tahun 90, guru agama Yahudi di bawah pimpinan Johannah bin Zakai mengadakan sidang di Jamnia. Mereka meminjam tulisan-tulisan itu dan membakukan kitab suci mereka.Mereka menerima 39 buku yang merupakan kitab suci, dan menolak buku-buku tambahan yang dimuat dalam Saptaginta, yaitu terjemahan pertama kitab suci ke dalam bahasa Yunani. Buku-buku tambahan tersebut dikenal dengan sebutan Deuterokanonika, yang artinya Kanon kedua, yang terdiri dari : Tobit,Yudit tambahan pada buku Ester,Kebijaksanaan Salomo,Yesus anak Sirakh,Barukh,Surat Nabi Yeremia,tambahan-tambahan pada buku Daniel,serta 1 Makabe dan 2 Makabe.Gereja Kaolik pada sidang Gereja(Konsili) di Trente tahun 1546 menentukan satu daftar buku termasuk kanon, termasuk di dalamnya Deuterokanonika.

Perjanjian Baru

Bagian ini adalah tulisan suci umat Kristen yang ditulis untuk menjawab pertanyaan umat Kristen yang baru mengenal Kristus dan ajaranNya dan untuk menentang ajaran-ajaran yang saleh. Mulanya orang kristen melanjutkan kebiasaan membaca dari Perjanjian Lama. Pengikut-pengikut Yesus yang mengenal Yesus Yesus selama hidupNya dapt mengisahkan riwayat Yesus dan ajaranNya. Tetapi setelah rasul-rasul Yesus meninggal dunia, tulisan-tulisan mengenai Yesus dan ajaranNya makin bertambah perannya. Buku-buku yang termasuk dalam perjanjian baru,ditulis dalam jangka waktu 60 tahun dan ditulis dalam bahasa Yunani. Dengan demikian Perjanjian Baru melengkapi Perjanjian Lama yaitu dengan memberikan panduan tentang bagaimana membentuk Gereja, petunjuk-petunjuk mengenai agama-agama dan patokan kepercayaan Gereja. Dengan demikian Alkitab kristiani sekarang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. BEtapa besar jasa penyalin-penyalin naskah Alkitab. Dari proses penulisan dan Kanonisasi yang panjang dan berliku-liu tersebut; nampak sekali ketekunan da ketelitian penyalin naskah Alkitab. Walaupuan dalam penyalin naskah Alkitab selang beratus-ratus tahun, kesalahan menulis dan menyalin tak dapat dihindarkan, perbedaan yang ada tidak menyebarkan ajaran-ajaran yang penting dan pokok tentang iman kristiani.

Jadi sekarang kita dapat membaca Alkitab dengan yakin bahwa isi Alkitab benar-benar Firman Allah.

Katolik Adalah Penyembah?

Kalau kita masuk ke Gereja Katolik, di mana saja di belahan dunia ini, kita akan melihat banyak patung-patung. Ada patung Yesus, ada patung Santo dan Santa dan hampir pasti ada patung Maria. Banyak orang memasang lilin, berlutut dan berdoa di depan patung Maria. Ada yang berdoa sambil menunduk, ada yang berdoa sambil memegang kaki patung Maria, ada yang menatap patung itu dan tidak jarang yang berdoa dan menangis di bawah patung Maria. Kalaupun di situ ada patung Yesus, kemungkinan lebih banyak orang berdoa di depan patung Maria ketimbang di depan patung Yesus.

Nah, kalau begitu bukankah orang Katolik adalah penyembah patung? Kalau begitu bukankah orang Katolik adalah penyembah Maria? Salahkah kalau mereka yang tidak menyukai Gereja Katolik kemudian berpersepsi bahwa peran Maria di dalam Gereja Katolik jauh lebih menonjol dari peran Yesus itu sendiri. Buktinya gambar dan patung Maria dibuat jauh lebih besar sedangkan gambar atau patung Yesus digambar sebagai anak kecil yang digendong oleh Maria.

Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa Maria hanyalah sebuah saluran, sebuah selang yang mengalirkan air yaitu Yesus. Selangnya tidak penting dan yang lebih penting adalah airnya. Benarkah demikian ? Fakta sejarah memang menunjukkan bahwa banyak orang Katolik berdevosi kepada Maria. Sungguhkah ini suatu hal yang keliru dan tercela ? Apakah dengan demikian orang Katolik menyembah Maria. Hal ini sungguhlah suatu hakekat iman Kristen yang wajib diluruskan. Banyak orang yang tidak suka pada Gereja Katolik, kemudian menggunakan devosi Maria di dalam Gereja Katolik sebagai bahan untuk menjelek-jelekan Gereja Katolik. Dan yang lebih memprihatinkan banyak orang Katolik sendiri yang kurang paham menjadi ragu dan secara diam-diam kemudian meninggalkan Gereja Katolik.

Tidak semua orang Kristen non-katolik berpikiran demikian. Bahkan seorang pendeta kondang seperti Bapak Yusufroni pernah mengisi kebaktian Natal bersama di tahun 1996 dengan tema: "Kerelaan Maria". Di bawah adalah kutipan dari sebagian kotbah beliau yang mungkin dapat kita jadikan bahan renungan kali ini.

"Bagi orang Protestan, Maria ini kurang besar dengungnya. Mungkin karena sikap Protestan yang anti Katolik sangat emisional sehingga menjadi sentimen terhadap Maria, sehingga lupa terhadap kemanusiaan Kristus berasal dari Maria. Karena itu kedudukan dan peran Maria di dalam Injil tidaklah sama dengan peran Petrus, Paulus atau Yusuf. Karena Maria memberikan kedagingan pada Yesus sehingga Ia menjadi mahluk. Herannya peran Petrus, Paulus bahkan Pontius Pilatus menjadi lebih baik dan lebih banyak di dalam Gereja Protestan dibandingkan dengan peran Maria itu sendiri. Hal inilah yang perlu saya ingatkan karena Maria memiliki lambang yang begitu kekal terhadap umat dan Gereja Tuhan yang ada di tengah-tengah dunia ini."

"Kemanusiaan Yesus, kemahlukan Yesus, dan kedagingan Yesus diambil sepenuhnya dari Maria. Kalau kita menolak kemanusiaan Yesus sesungguhnya kita menolak Maria, karena Maria-lah yang memberikan kedagingan kepada Yesus. Karena genetikanya bukan diambil dari Yusup melainkan dari Maria itu sendiri. Bapak2 gereja sejak Ignatius Uskup Antiokia di Siria pada tahun 110 Masehi mengadakan pembelaan terhadap orang yang menolak kemahlukan Yesus sekaligus menolak Maria yang melahirkan Kristus, disambung oleh bapak2 gereja yaitu Aristides tahun 140, Yustinus tahun 163, Erenius tahun 202 dan Tertulianus tahun 222 Masehi."

"1500 tahun Gereja menghormati Maria. Baru abad ke 15, Maria disingkirkan dari Gereja. 1500 tahun itu Gereja hidup tanpa banyak masalah karena mereka mempunyai pola, dasar, gambaran kepada Maria. Hal ini ingin saya tegaskan, jangan sampai kita meninggalkan apa yang diajarkan oleh Gereja. Dikatakan dengan jelas di sini bahwa Maria adalah seorang pribadi, bukan hanya sambil lalu saja. Seringkali kita punya pengertian bahwa Maria itu hanyalah sebuah alat, sambil lewat saja seperti pipa. Pipa yang menyalurkan air, air itu tidak berasal dari pipa, air itu berasal dari sumber, jadi Maria itu apa bedanya dengan pipa hanya menyalurkan begitu saja. Oh tidak, Allah itu Maha Tahu. Dia sudah mempersiapkan sejak manusia jatuh dalam dosa, telah dinubuatkan yaitu benih perempuan yang akan meremukkan benih ular itu"

Saudara kalau melihat gambar Maria menggendong Yesus, seringkali orang berpikir ini Katolik. Kenapa, ya Yesusnya kecil Maria-nya diperbesar. Karena saudara pikir bahwa orang Katolik lebih menekankan Maria-nya dari pada Yesus-nya. Itu adalah persepsi kita. Persepsi kita, kita jadikan tuduhan kepada orang lain. Ini tidak benar, mestinya fakta. Gambar seperti ini ditonjolkan kedalam gereja mula-mula, tidak lain maksudnya Maria sebagai gereja mengemban Sang Firman. Firman itu selalu ada di dalam pelukan gereja, sehingga gereja dan firman tidak dapat dilepaskan."

"Kalau pola dasar ini terus-menerus dipegang oleh Gereja, maka Gereja tidak akan punya masalah. Gereja punya masalah karena Gereja tidak lagi mengemban firman. Yang diemban adalah pendapat manusia, pendapat orang. Sehingga setiap orang kotbah, dua orang kotbah ada dua pendapat. Saudara perhatikan di gereja Protestan, maaf, apalagi Pantekosta apalagi yang Karismatik, lima orang lima pendapat beda-beda satu dengan yang lain, dua orang kotbah dua pendapat. Perhatikan gereja mula-mula, sepuluh orang kotbah satu pendapat, meskipun berbeda-beda tapi satu."

Demikianlah sebagian dari yang pernah disampaikan oleh oleh Bapak Pendeta Yusufroni

Perihal Maria adalah hakekat iman Kristen yang sungguh sangat hakiki. Kita perlu meluruskannya terlepas dari apakah orang suka atau tidak suka pada Gereja Katolik. Biarlah orang tidak menyukai Gereja Katolik, tapi janganlah eksistensi Maria dikaburkan karena ini sungguhlah merupakan pelecehan terhadap iman Kristen itu sendiri. Mengapa demikian ?

Berbicara mengenai iman Kristen sungguhlah tidak afdol tanpa merujuknya pada Alkitab. Orang Kristen selalu mengatakan bahwa referensi utama iman Kristen adalah alkitab - walaupun bagi Gereja Katolik, Alkitab bukanlah satu-satunya referensi karena Gereja Katolik juga mengenal Tradisi. Tapi untuk kali ini ada baiknya kalau kita singkirkan pembahasan tentang Tradisi dan kita fokus pada Alkitab. Mari kita lihat apa yang ada di dalam Alkitab, yang berhubungan dengan eksistensi Maria. Bagaimana prosesnya sehingga Allah kemudian memilih Maria jauh sebelum Yesus datang ke dunia ini.

Semuanya ini berawal dari dosa manusia pertama yaitu Adam dan Hawa yang makan buah terlarang, sehingga Allah menghukumnya: seperti yang diki-sahkan di dalam kitab Kejadian 3: 1-14. Allah tidak saja menghukum Adam dan Hawa, akan tetapi Allah juga mengutuk sang ular (iblis) yang menggoda mereka. Allah berkata: "……..terku-tuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang di hutan …. Aku akan mengadakan per-musuhan antara engkau dan perempuan ini; antara keturunanmu dan keturu-nannya; keturunannya akan meremukan kepalamu (Kejadian 3: 14-15). Yang dimaksud dengan perem-puan ini adalah Maria keturunan Daud yang kemudian akan melahirkan Yesus yang berkuasa untuk meremukkan kepala sang ular. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya pemilihan Maria sudah dinubuatkan sejak Perjanjian Lama.

Sebagai tambahan, karena dosa Hawa itulah Allah kemudian berfirman kepadanya: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." Dan hal inilah yang menjadikan kodrat wanita sampai saat ini.

Selanjutnya, di dalam Perjanjian Baru Injil Lukas 1: 26-31 digambarkan bahwa Allah menyuruh malaikat Gabriel untuk menemui Maria. Malaikat itu berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai. Tuhan menyertai engkau. …………. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai dia Yesus."

Bandingkanlah Injil Lukas di atas dengan kalimat pertama di dalam doa Salam Maria yang diajarkan oleh Gereja Katolik: "Salam Maria penuh Rahmat Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus." Andaikata kita mengulangi kembali apa yang diucapkan oleh malaikat itu, dapatkah orang Katolik dikatakan menyembah Maria ? Kemudian kalimat kedua di dalam Doa Salam Maria berkata: "Santa Maria, Bunda Allah doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. Amien." Andaikata anda datang kepada seorang pastor, suster, pendeta atau bahkan kepada seorang teman dan berkata doakanlah saya supaya saya kelak lulus ujian. Apakah dengan begitu Anda menyembah pastor, suster, pendeta atau teman tersebut ?

Kalau begitu, benarkah orang Katolik menyembah Maria ? Orang seringkali tidak dapat melihat suatu fakta atau kenyataan secara jernih bila sudah memiliki prasangka dan persepsi negatif, apalagi kalau dibarengi dengan perasaan tidak suka. Maka, tepatlah seperti apa yang dikatakan oleh Bapak Pendeta Yusufroni: "Janganlah mengabaikan peran Maria, hanya karena tidak suka pada Gereja Katolik".

Maria adalah satu-satunya manusia yang penuh dengan Roh Kudus. Banyak ayat-ayat di dalam Alkitab yang menunjang fakta ini. Bila saya bertanya kepada Anda, dimanakah sekarang Bunda Allah ini berada. Saya yakin dan percaya kita sepakat menjawab bahwa Maria sekarang ada di Surga.

Romo Yusuf Halim dalam sebuah retretnya pernah menceritakan bahwa ada seorang ibu yang ikut tour berkunjung ke tanah suci, kemudian mengunjungi Vatican dan tempat-tempat suci lain. Setiap kali ibu ini masuk ke gereja dan ia melihat patung atau gambar Maria, maka ia segera keluar. Seolah-olah ada sesuatu yang menakutkan, mungkin saja ia merasa bahwa gereja itu tempat penyembahan Maria. Saya tidak tahu apakah ibu ini bila kelak ia meninggal, dan diperkenankan masuk ke dalam surga akan menolak karena melihat ada Maria di dalam sorga.

Sebagai seorang anak, lihatlah betapa perhatian Yesus terhadap ibunya, sehingga dikisahkan di dalam Injil Johanes 19: 26-27, ketika Yesus tergantung di kayu salib menjelang saat-saat terakhir-Nya, dan ketika melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya, berkatalah Ia kepada ibunya: "Ibu, inilah anakmu". Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu! sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya."

Pesan sesorang menjelang ia meninggal lazim disebut wasiat. Kalau sebagai anak saja, kita akan sepenuhnya menuruti wasiat orang tua kita - apalagi terhadap Yesus. Alangkah naifnya bila kita mengabaikan wasiat-Nya. Saya sungguh tidak mengerti bagaimana kita dapat mengklaim sebagai murid Yesus yang baik, apabila kita tidak dapat menerima Ibu Maria sebagai Ibu kita. Orang Tioghoa mengatakan bahwa anak yang tidak patuh pada orang tua adalah anak yang "Pu Thouw", dan orang yang tidak tahu balas budi kepada orang yang baik kepadanya adalah orang yang "Bo Tjhing". Adakah di antara kita yang mau dikatakan "Pu Thouw" atau "Bo Tjhing" terhadap Yesus ?

Bila Anda adalah seorang ibu, cobalah bayangkan bagaimana kesedihan Maria ketika ia harus menyaksikan Yesus disiksa, dihina, menderita dan tergantung di kayu salib. Oleh karena itu, oleh seorang seniman Maria digambarkan dengan hati yang tertusuk pedang-pedang: untuk menggambarkan betapa pedihnya hati Maria melihat derita siksa dan hinaan yang mesti dialami anaknya yaitu Yesus. Tidakkah selayaknya kita menghormati Maria yang telah begitu setia menunggui Yesus sang juru selamat kita, wafat di kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. Tidakkah selayaknya kita menghormati Maria seperti kita menghormati ibu kita sendiri.(Efji Tehaka)

Thursday, July 10, 2008

Anak Itu Suda Mati....


"Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku." (2 Samuel 12:22-23)


Sebagai seorang Raja besar yang memiliki kuasa dan harta di bumi, Daud tidak lepas dari penderitaan sebagaimana manusia biasa lainnya. Dari Kisah Daud dalam 2 Samuel 12:15-23, Alkitab memberi kita salah satu pengertian yang paling mendalam mengenai arti sebenarnya dari kematian. Barangkali ada yang memandang bahwa kematian anak ini merupakan hukuman Allah atas dosa yang dilakukan Daud. Tetapi tentu saja kasus yang pernah dilakukan Daud ini tidak dapat kita terapkan kepada semua orang, dan untuk dapat menghakimi bahwa pasangan yang memiliki anak yang mati itu merupakan hukuman Allah terhadap dosa orang-tuanya. Karena dalam peristiwa lain, kita dapat telah melihat apa yang terjadi pada Ayub yang saleh, toh juga menghadapi kematian anak-anaknya. Karena kematian jasmani ini adalah konsekwensi/ akibat dari dosa yang dilakukan manusia sejak Adam dan Hawa. Dan jenis kematian ini akan melanda semua orang yang pernah hidup di bumi, Alkitab hanya mencatat 2 orang saja yang diangkat langsung tanpa kematian yaitu Henokh dan Elia.

Dan oleh karya Kristus yang sudah nyata dan yang dicatat dengan seksama dalam Alkitab kita, kita diajar oleh Allah kepada suatu pengertian bahwa, meski manusia tetap mengalami kematian di bumi ini, dengan iman kepada Kristus akan memperoleh kehidupan kekal (dijelaskan di Artikel : Apa Sih Artinya Mati?). Namun, terlepas dari penyataan ilahi ini, kita sebagai manusia yang berdaging dan berperasaan ini, masih menganggap kematian sebagai suatu ancaman menakutkan, suatu kutukan mengerikan, suatu hukuman final. Mengingat fakta bahwa kematian - yaitu kematian fisik di mana nyawa terpisah dari tubuh - berarti berakhirnya semua kesempatan untuk mengenal Allah dan memuliakan-Nya dengan satu kehidupan yang saleh, ada sesuatu yang sangat serius dan mengagumkan tentang kematian. Akan tetapi Firman Allah memberi tahu kita dengan sangat jelas bahwa tidak peduli bagaimana pengamatan manusia melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang mengerikan, kematian fisik bukan akhir bagi seseorang. Orang itu melanjutkan langsung pada fase kekekalan dari kariernya, entah itu di surga atau di neraka - di mana saja yang telah dipilihnya sewaktu dia hidup di bumi.

Tetapi karena Allah telah datang ke bumi, yaitu Tuhan Yesus Kristus, Ia menawarkan kehidupan kekal bagi manusia, dan memberikan jaminan-Nya yang layak dipercaya oleh semua orang beriman. Ia berkata dengan jelas bahwa "setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:26). Melalui penghayatan ayat ini, kematian bagi umat yang percaya mengandung makna yang sama sekali baru, yang sama sekali berbeda dengan keyakinan lain yang tidak jelas apakah ia akan masuk surga atau neraka. Tetapi dengan iman kepada Kristus, kita mendapat jaminan kehidupan yang kekal bersama-sama Dia di rumah Bapa (Yohanes 14:1-6).

Kematian kekal/ hukuman kekal akibat dosa telah Yesus Kristus gantikan. Karena melalui kematianNyalah yakni mati menggantikan orang berdosa di kayu salib - Juruselamat kita "oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa" (2 Timotius 1:10). Maut telah kehilangan sengatnya dan telah ditelan dalam kemenangan Kristus yang sudah bangkit dari kematian (1 Korintus 15:54-56). Lebih jauh Alkitab dengan sangat indah berkata "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan ... mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka" (Wahyu 14:13).

Belum lama ini, saya menghadiri upacara penghiburan atas kematian anak yang menderita penyakit langka yang belum ada obatnya. Setelah penderitaan yang sekian lama menimpa anak itu dan juga membebani keluarganya, akhirnya anak itu meninggal. Orang-tua, sahabat dan teman-teman, sanak-saudara merasa kehilangan dan turut berduka. Meski secara akal-budi kita dapat melihat dan menerima bahwa ada sisi baik dari keadaan ini, dimana anak itu sudah dibebaskan dari suatu penderitaan yang berkepanjangan. Namun demikian rasa kehilangan dari orang-orang sekitar tetap ada, karena orang-orang ini begitu mengasihi anak ini. Sehingga kita perlu sedikit-demi sedikit memahami dan menerima keputusan Allah yang telah memanggil anak itu. Dalam hal anak-anak yang mati ketika masih bayi atau kanak-kanak, bisa jadi mereka justru terbebas dari kehidupan yang penuh bencana, kesedihan, dan penderitaan sebab mereka langsung meninggalkan dunia ini.

"Terlalu sederhana", demikian pandangan beberapa theolog untuk menganggap bahwa semua anak yang meninggal ketika masih bayi/kanak-kanak dijamin mendapat tempat di surga, seolah-olah mereka menerima karya penebusan di kayu salib tanpa mereka memberikan respons iman apa pun dan belum menerima baptisan. Doktrin seperti itu bisa berbahaya, karena akan sangat kuat mendorong para orang-tua untuk membunuh bayi-bayi mereka sebelum anak-anak itu mencapai umur yang dianggap cukup untuk bisa dimintai tanggung jawab, sebagai satu-satunya cara yang pasti bagi anak-anak tersebut untuk masuk surga. Karena Alkitab mengutuk keras pembunuhan bayi (anak-anak) sebagai kekejian di hadapan Allah (Imamat 18:21; Ulangan 12:31; 2 Tawarikh 28:3; Yesaya 57:5; Yeremia 19:4-7), meskipun itu dilakukan demi agama, maka kita harus menyimpulkan bahwa ada prinsip lain lagi yang berlaku untuk keselamatan kekal anak-anak kecil selain jika mereka mati ketika masih bayi. Dengan kata lain, kemahatahuan Allah tidak hanya mengenai hal-hal yang nyata sudah terjadi, tetapi juga hal-hal yang potensial akan terjadi. Allah mengetahui sebelumnya bukan hanya tentang apapun yang dapat terjadi, tetapi juga tentang apapun yang bakal terjadi. Dalam hal bayi-bayi yang mati ketika dilahirkan atau sebelum mereka mencapai usia di mana mereka bisa dimintai tanggung jawab, Allah mengetahui respons apa yang akan mereka berikan terhadap uluran anugerah-Nya, entah penerimaan atau penolakan, entah percaya atau tidak percaya.

Namun dengan pemahaman yang melibatkan hati nurani dalam pimpinan Roh Kudus, mari kita membaca sekali lagi 2 Samuel 12:23, dimana Daud berkata "Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku menghidupkannya kembali? Aku yang akan pergi kepadanya, tapi dia tidak akan kembali kepadaku". Ayat ini menandakan bahwa Daud mengerti bahwa kematian yang sudah terjadi ini tidak dapat dielakkan. Mungkin karena alasan ini maka Daud merasa terhibur setelah mengetahui bahwa doa-doanya tidak menghasilkan apa-apa, dan bahwa Allah telah "memanggil pulang" bayi kecilnya. Daud menyerahkan anak bayinya ke dalam kasih karunia Allah dan hanya berkata, "Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku". Meski ayat tersebut tidak dapat menjadi dasar suatu kepastian bahwa anak-anak yang meninggal pasti masuk Surga dimana suatu hari nanti Daud akan menemuinya di Surga, namun kita juga perlu memandang kalimat penghiburan Tuhan Yesus Kristus sendiri yang berkata "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga" (Matius 18:10). Perhatikan frasa "ada Malaikat mereka di Surga", yang bermakna Allah menganggap pentingnya anak-anak ini sehingga mereka memiliki malaikat yang menjagainya. Dalam bagian lain, Tuhan Yesus berkata "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga" (Matius 19:14). Sekali lagi, Tuhan Yesus memandang penting kehidupan anak-anak, bahwa meskipun masih anak-anak, mereka sudah memiliki iman yang diajarkan melalui orang-tuanya, dan oleh pendengaran dari orang-tuanya anak-anak itu telah memiliki iman. Malah dalam Matius 19:14 Tuhan Yesus secara khusus menunjuk dan memuji iman anak-anak yang tulus tanpa tanpa topeng, jujur dan sederhana.

Allah melalui kehendak dan karunianya dapat melakukan apa saja termasuk kepada bayi-bayi dan anak-anak kecil. Raja Daud dalam bagian lain menuliskan Mazmurnya, demikian : "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam." (Mazmur 8:3). Dan ayat ini dikutip juga oleh Tuhan Yesus ketika menerima sambutan dari anak-anak kecil di Bait Allah, mereka bersorak menyambut Tuhan Yesus "Hosana bagi Anak Daud!". Kita tidak dapat meragukan kemauan anak-anak kecil itu untuk memuji Yesus dan mengecilkan maksud mereka bahwa anak-anak tersebut sudah diajari oleh orang tuanya untuk menyambut Yesus dengan cara demikian, namun dalam ayat yang ditulis pada Matius 21:12-17 ini, Tuhan Yesus justru menyatakan bahwa Allah-lah yang membuat anak-anak kecil ini memuji. Dan itulah "dasar kekuatan" yang diberikan Allah kepada anak-anak kecil yang belum akil-balik, yang belum mengerti dosa dan belum dapat memutuskan sesuatu, dapat dijadikan Allah memuji Dia oleh kehendakNya.


Image


Maka terhadap ayat-ayat ini, saya secara pribadi ingin menyampaikan penghiburan kepada Saudaraku yang sekarang masih berduka atas kematian anaknya. Baiklah kita menyerahkan semuanya kepada belas-kasihan Allah, bahwa Allah telah meletakkan dasar kepada anak yang telah mati itu suatu kekuatan melawan musuh terbesar manusia, yaitu kematian kekal. Bahwa Allah dengan karuniaNya dan dengan kasihNya dan keadilanNya telah menempatkan anak ini di Pangkuan Abraham (Lukas 16:22), sebagaimana Lazarus yang telah menerita di dunia akhirnya mendapat peristirahatan yang kekal bersama Abraham, bapa orang-orang percaya di Firdaus. Kisah yang dicatat dalam 2 Samuel 12 ini memberikan kita suatu teladan, dimana Daud sangat yakin bahwa kehendak Allah adalah sempurna, meskipun dalam keadaan hati terkoyak seperti ini.

Tetaplah dalam iman dan pengharapan Saudaraku, karena engkau akan menemuinya kelak di waktu dan tempat yang telah ditentukan Allah bagi kita semua.


Amin.

Yesus dan Perempuan Berzina


* Yohanes 8:2-11
8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”


-----

Kejadian ini berlangsung ketika Yesus mengajar di Bait Allah. Ahli-ahli Taurat dan Farisi mencari Yesus ketika Ia dikerumuni orang banyak. Niat mereka adalah untuk mencobai/menjebak Yesus dan membuat Ia bersalah dihadapan pemimpin-pemimpin termasuk pemimpin dalam pemerintahan sipil (Romawi). Pokok pencobaan itu dasarnya adalah bagaimana Yesus memandang Taurat Musa.

Para pemimpin agama itu mencari kasus yang kira-kira mencolok mata, apakah Yesus akan mempersalahkan perempuan yang berzinah dan membiarkan ia dihukum rajam sesuai ketentuan Taurat. Tetapi apabila Yesus berbuat demikian, maka Yesus akan dipersalahkan oleh penguasa sipil (Romawi). Sebab penguasa sipil Romawi tidak akan membiarkan hukuman itu terjadi, karena hukuman semacam ini tidak terdapat pada hukum-hukum sipil Romawi. Jadi kasus semacam ini dirasa cukup oleh pemimpin agama itu, apakah Yesus akan mengelak keputusan penghukuman dan membiarkan dosa yang diperbuat perempuan itu.

Mereka menempatkan Yesus sebagai hakim atas kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh perempuan yang berzinah tersebut. Kendati hal itu mereka lakukan dengan maksud untuk mencobai Yesus (ayat 6a), namun alasan yang mereka ajukan begitu sangat serius, yakni perbedaan 2 hukum (hukum agama dan hukum sipil). Jika menuruti hukum Taurat Musa, perempuan yang demikian harus dihakimi - dihukum mati dengan cara dilempari dengan batu sampai mati (ayat 5, bdk. Imamat 20:10; Ulangan 22:22-24). Meski hal ini jelas merupakan tipe "penghakiman massa". Penghakiman dalam konteks demikian tidak hanya dilakukan sebagai reaksi spontan atas tindak kejahatan dan dosa perzinahan tetapi juga semakin menemukan motifnya yang suci yakni sebagai usaha pembelaan atas tegaknya hukum Taurat. Dengan kata lain, melempari si pendosa itu dengan batu sampai mati adalah suatu kebenaran seturut hukum. Tetapi pada masa itu hal semacam ini tidak sesuai hukum sipil Romawi. Tuhan Yesus mengerti persoalan itu, bahkan lebih dalam, yaitu bahwa persoalan moralitas itu dibawa oleh mereka yang hendak menghakimi perempuan itu adalah juga orang-orang yang berdosa. Mereka merasa diri orang benar dan hanya bisa melihat serta menilai kekurangan dan kesalahan orang lain, kemudian menghakimi.

Kita baca Ayat 6 : "Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah (, sehingga sepertinya Dia tidak sedang mendengarkan mereka – KJV)."

Apakah yang kira-kira ditulis oleh Yesus? Alkitab tidak menjelaskannya. Dalam beberapa tafsiran mengatakan apa yang dilakukan Yesus itu menunjukkan bahwa Yesus sedang menunjukkan bahwa Dia adalah Allah. Siapakah yang menulis ke-sepuluh firman dengan jariNya diatas dua loh batu yang diberikan kepada Musa di atas gunung Sinai?. Alkitab berkata bahwa perintah-perintah ini ditulis oleh jari Allah :


* Keluaran 31:18 :
"Dan TUHAN [YHVH] memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah."


Hal itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah itu sendiri. Sementara Yesus menulis di atas tanah, ini seolah-olah menunjukkan, "lihat, Akulah Allah yang menuliskan hukum-hukum itu dengan jari tangan-Ku." Dan sebenarnya, ketika Dia sedang menulis, orang-orang Farisi yang membawa perempuan yang terbukti melakukan dosa-dosa itu. Dan inilah fungsi dari hukum Allah, hukum ini membuktikan adanya dosa. Hukum itu menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang sangat-sangat berdosa.

Setelah para pendakwa itu terus-menerus bertanya kepada Yesus, Dia menjawab pertanyaan mereka dengan penuh otoritas : "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (ayat 7).

Kemudian Yesus membungkuk sekali lagi, dan menulis di tanah dan Alkitab tidak juga menjelaskan apa yang ditulisNya itu. Melanjutkan tafsiran seperti diatas tentang hal ini, Dia membungkuk lagi dan menulis dengan jari-Nya. Dan sekali lagi, kisah ini menggambarkan Dia yang menulis pada dua loh batu.


Dalam kasus ini kita mendapatkan pelajaran yang menarik dan sangat berharga, karena Yesus tidak melakukan satupun dari dua hukum itu (Taurat, maupun Hukum Sipil), tetapi Yesus mengalihkan tantangan kepada orang-orang yang ingin menjebaknya. Tuhan Yesus membawa persoalan itu ke dalam hati nurani mereka. Ia mengubah kaidah hukum menjadi kaidah moral. Terlebih lagi, pada ayat 9, Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus justru menghukum para pencoba-pencobaNya dengan hati-nurani mereka sendiri, kita kaji ayatnya (dalam bahasa asli Yunani dan terjemahan KJV lebih jelas dimengerti), sbb:


* Yohanes 8:9
LAI TB, Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
KJV, And they which heard it, being convicted by their own conscience, went out one by one, beginning at the eldest, even unto the last: and Jesus was left alone, and the woman standing in the midst.
TR, οι δε ακουσαντες και υπο της συνειδησεως ελεγχομενοι εξηρχοντο εις καθ εις αρξαμενοι απο των πρεσβυτερων εως των εσχατων και κατελειφθη μονος ο ιησους και η γυνη εν μεσω εστωσα
Translit interlinear, oi de {tetapi} akousantes {mendengar} kai {dan} hupo {oleh} tês suneidêseôs {hati nurani} elegkhomenoi {dihukum} exêrkhonto {pergi} heis kath heis {seorang demi seorang} arxamenoi {mulai} apo {dari} tôn {yang} presbuterôn {tertua} [heôs {hingga} tôn {yang} eskhatôn {terakhir}] kai {dan} kateleiphthê {tinggallah} monos {seorang diri} ho iêsous {Yesus} kai {dan} hê gunê {perempuan} en {di} mesô {tempatnya} housa {berdiri}


Tantangan Yesus yang penuh otoritas itu dan dengan mengembalikan masalah tersebut kedalam hati-nurani masing-masing pendakwa, membuat para pendakwa kehilangan keberanian untuk membantah apalagi mempersalahkan jawaban yang diberikan Tuhan Yesus itu. Kepergian para pendakwa seorang-demi-seorang mulai dari yang paling tua, mempertajam kisah ini. Bahwa, apa yang dilakukan Yesus cukup membuat para pendakwa itu tidak merasa senang, tetapi mereka juga tidak mampu menanggapi tantangan Yesus itu. Sehingga akhirnya tinggallah Yesus dengan perempuan itu.

Di lain pihak, tantangan Yesus itu juga telah menunjukkan dan memberikan arti keadilan bagi hidup perempuan itu. Bahkan, lebih jauh, Yesus juga menunjukkan kasih-Nya yang begitu besar degan pengampunan. (Ayat 11) Lalu kata Yesus "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Tindakan Yesus untuk tidak menghukum perempuan itu secara fisik bukan berarti Yesus permisive terhadap dosa. Kata-kataNya justru berkaitan dengan nasehat yang kuat, teladan dan kasih. Hal ini tepat, para pelanggar-pelanggar pun perlu mendapat kasih, tetapi Yesus dengan jelas tidak mengizinkan perbuatan dosa/perzinahan, dan menuntut kerelaan untuk mengubah hidup agar lebih baik, itu terlihat jelas dengan perintahNya kepada perempuan itu yaitu "jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."


Haleluyah!




Blessings in Christ,
Bagus Pramono
August 20, 2005
Newer Posts Older Posts Home